Ngiling-iling sak wise Haul Akbar (copas sudah seizin yang nulis)


Ngiling-iling sak wise Haul Akbar

Pada awal th 1988 saya dan beberapa teman diajak beliau ikut pengajiannya di sebuah desa. Selama perjalanan, saya perhatikan beliau lebih banyak diam daripada berbicara.

Sekali bicara beliau bercerita tentang perjalanannya sebagai seorang Kyai dan mengajak bercanda pada kita.

Ketika jalan rusak yang cukup panjang harus dilalui oleh mobil beliau, saya perhatikan beliau diam dan mengangkat tangannya setinggi dada. Sedangkan kita berkeluh ( sambat ) karena tidak nyaman di dalam mobil.

Ketika kita melihat ke depan ada jalan yang mulus, hati kita jadi legah.

Begitu mobil melewati jalan yang mulus itu salah satu teman berkata : " Alhamdulillah."

Namun ternyata ucapan syukur itu disalahkan oleh beliau RA.

Tentu saya sangat kaget, saya bertanya pada beliau : " lha kok salah Yai?"

Beliau berkata : " yang disyukuri itu bukan ketemu jalan yang enak ini, mustinya yang disyukuri itu ketika berjalan di jalan yang rusak kita diberi keselamatan. Justru harus berhati-hati waktu melewati jalan yang enak ini."

Semoga bermanfaat.

Ngiling-iling sak wise Haul Akbar ( 2 )

Saya masih ingat dan akan selalu mengingat. Segala sesuatu dari beliau, baik dari pengalaman pribadi atau pengalaman dari teman-teman ketika sama-sama dalam gemblengannya.

Untuk kali ini saya ingin mengangkat dua kisah saja. Kisah ini sangat penting.

Kisah pertama

Pada Haul Akbar beberapa tahun silam ketika beliau masih gesang, teman saya hadir membawa isteri dan anaknya.

Kemudian dia bertemu dengan beliau di sekitar area Ndalem.

Beliau bertanya pada dia : " karo sopo awakmu? " ( dengan siapa kamu? ) Jawab teman : " sama anak dan istri saya Yai...!"

Beliau berkata lagi : " olah opo bojomu kok nok kene? Nang kono lho kumpul karo arek-arek* " ( kenapa isterimu kok di sini? Ke sana lho kumpul sama anak-anak* ).

*Yang disebut arek-arek/anak-anak oleh beliau saat itu adalah sekelompok wanita yang selalu berkumpul dengan kelompoknya, kurang membaur.

Kemudian dia menjawab : " anu.. Yai anak-anak itu tidak senang kalau dikumpuli."

Lalu jawab beliau : " koen ojok gampang nyono elek nek gak weroh dewe." ( kamu jangan gampang buruk sangka kalau belum tahu sendiri ).

Coba kita renungkan kejadian ini!

Kisah kedua

Ada salah satu murid yang dipilih beliau untuk memimpin sesuatu.

Kemudian membuat sesuatu yang sulit diterima oleh murid-murid lainnnya.

Yang dia lakukan itu salah atau tidak salah saya tidak mengerti.

Dan saya pribadi tidak ingin mengerti karena itu wilayah Guru Mursyid.

Kemudian saya dapat info bahwa ada beberapa murid yang menyampaikan hal itu ( wadul ) pada beliau. Entah bagaimana wadulnya sehingga beliau sampai marah pada yang wadul.

Intinya beliau tidak bisa terima wadulan yang menjelek-njelekan orang lain, apalagi lagi yang dijelek-jelekan itu seorang murid.

Dan yang memilih dia memimpin sesuatu itu adalah beliau RA.

Mari kita sama-sama merenungkan kejadian ini.

Mari kita bareng-bareng belajar, jangan sampai kita jadi obyeknya informasi.

Mari kita bareng-bareng belajar selalu berprasangka baik pada orang lain.

Jangan cepat berburuk sangka, apalagi punya niat memecah belah.

Jaga lidah jaga kata

Jaga lisan jaga tulisan.

Ngiling-iling sak wise Haul Akbar ( 3 )

Siapa kan menyangka

berawal dari perkumpulan remaja

yang tak mengerti apa-apa

Dari Rock'n Roll hingga Kaca

dalam asuhan guru yang mulia

hingga menjadi ALKHIDMAH

Dari delapan remaja

Delapan puluh lima acara pertama

Hingga kini ribuan dan berjuta

Ngiling-iling sak wise Haul Akbar ( 4 ).

Pada tahun 1988

Kedinding ke Jembatan Merah

Jika pulang kemalaman

Sudah tidak ada kendaraan

Dari Jembatan Merah

Mau ke Gresik juga kerepotan

Karena rasa saling cinta

Antara beliau dan kita

Sehingga segala kesulitan

Kepanasan dan kehujanan

Tidak pernah jadi keluhan.

Dari situ lah saya awal belajar

Tentang indahnya susah

Segala susah jadi indah

Karena adanya cinta.

Ngililing-iling sakwise Haul Akbar ( 5 )

Pembaca tentu masih ingat ketika saya diantar pulang setelah bermalam selama tiga hari di Kedinding th 1989 beliau berkata : " eman Kota iki akeh mutioroe tapi gak ono sing ngeramut ( sayang kota ini banyak mutiaranya tapi tidak ada yang merawat ).

Kemudian dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun Kota itu dipenuhi pemuda-pemudi berbusana muslim putih dan bersih bagaikan mutiara.

Kemudian beliau beri'tiqat baik kepada para tokoh dan ulama di kota itu dengan jalan mereka dijadikan a'wan ( pembina ) buat kaum muda yang cukup lama terkubur oleh ketidakpedulian dan derasnya arus sekularisasi lalu diangkat ke permukaan oleh beliau ra. dengan setulus-tulusnya.

Namun sayang mereka menanggapinya dengan pendekatan ilmunya dan mandek dalam pemahamannya saja. Sehingga tidak membuahkan titik temu yang indah dan damai.

Suatu hari saya ditaqdirkan bisa duduk berdua dengan beliau di rumah putih tempat maturan ( open house ) di Jatipurwo.

Ketika beliau bertanya : " yaopo gusno? " ( maksudnya ; bagaimana gusno respon para tokoh di kota itu? ).

Saya hanya bisa diam karena kecewa, kecewa pada beberapa tokoh di kota itu yang gagal faham atau memang gak mau faham atas i'tiqot baik beliau ra.

Kemudian beliau berkata : " yo wis ngono iku gusno!... tak kenal maka tak sayang." ( ya seperti itulah.... tak kenal maka tak sayang ).

Dalam hati saya berkata : " gimana bisa sayang.... mengenal aja gak mau ).

Beliau berkata lagi : " nek onok Kyai mbanggakno ilmune sing akeh... takonono : ilmu sing sakmono akehe iku... njamin tah, matine iso khusnul khotimah? " ( kalau ada Kyai membanggakan ilmunya yang banyak.... tanyailah : dengan ilmu yang banyak itu.... apakah menjamin, matinya bisa khusnul khotimah? )

Kalimat beliau yang terakhir itu membuat saya tidak bisa menahan airmata, karena saat itu saya juga sering sombong karena sering membanggakan pengetahuan yang saya miliki. Padahal punya cuman sedikit sekali tapi gayanya seperti ilmunya banyak. Dan saya sadar betapa banyak kelemahan pada diri saya.

Berkat bimbingan beliau saya jadi mengerti tawaddu' itu apa dan yang lainnya.

Dengan adanya sikap mereka yang kurang menghargai i'tiqot baik dari beliau, hati saya sering dongkol. Kadang emosi juga.

Begitu saya berkata pada beliau : " ngapunten Yai.... saya ini banyak kelemahan."

Dengan berkata seperti itu saya berharap agar dimarahi oleh beliau, namun yang terjadi di luar dugaan. Beliau malah berkata : " masi aku yo duwe kelemahan gusno!.... mosok awakmu thok!" ( Saya juga punya kelemahan gusno!... bukan kamu saja! )

Coba bayangkan beliau adalah seorang Kyai Kharismatik yang begitu banyak ilmunya masih merendahkan dirinya, bicaranya selalu dijaga, sangat santun kepada siapa saja, sedangkan kita.....?

Belum mampu melogikakan perasaan dan belum bisa menyertakan perasaan ketika berlogika, sudah berani membuat statement ini salah itu salah!!!

Monggo bareng-bareng belajar. Jangan hanya bisa berfikir besar karena berfikir dewasa itu lebih utama.

Di usia kepala lima sudah waktunya kita menemukan indahnya susah dan derita, tapi jangan membuat orang lain susah dan menderita.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Ngiling-iling sakwise Haul Akbar ( 6 )

Suatu ketika, saya momong dua anak saya yang usianya selisih 14 bulan dengan sepeda roda tiga yang saya seret dengan kain selendang.

Waktu itu th 1994 anak saya yang pertama laki-laki berumur 4th dan adiknya perempuan berumur 3th.

Ketika saya momong, dua anak saya mempunyai keinginan yang berbeda pada waktu yang sama. Yang laki minta jalan-jalan ke Pasar Gresik tepatnya di sebuah toko yang jualan kaset, yang laki mulai kecil suka menyanyi menirukan lagu-lagu di kaset.

Yang perempuan minta ke alon-alon untuk bermain sambil lari-lari di taman.

Saya sebagai orang tua kebingungan juga. Mana yang harus saya pilih dan mana yang harus saya utamakan.

Kalau saya turuti kemauan kakaknya yang jelas adiknya jadi korban ( beban psikologis ) dan begitu sebaliknya.

Kalau keduanya tidak saya turuti, sudah pasti keduanya kecewa. Ngambek dan menangis adalah bentuk protesnya. Dan saya layak disebut atau bergelar egois mementingkan diri sendiri.

Jujur saja saya benar-benar kebingungan.

Antara Sabar dan Marah bergulat dalam hati dan pikiran.

Tapi saya ingin tetap menjaga agar tidak menggunakan kekuasaan. Kekuasaan apa? Kuasa sebagai orangtua. Kuasa dalam menggunakan kekuasaan untuk memutuskan tanpa memperhitungkan dampak pada psikologi anak.

Alhamdulillah... dengan jalan berobithoh pada Guru Mursyid, saya dirahmati sebuah solusi.

Apa solusinya?

Keinginan yang berbeda dari kedua anak saya yang masih balita, saya tandingi dengan beberapa bentuk kesenangan lain sebagai alternatif. Mulai lokasi dan bentuk kesenangan yang menarik buat hati anak usia balita.

Ada beberapa tempat dan kesenangan yang saya tawarkan. Namun yang harus saya terima masih perbedaan melulu.

Untuk tempat dan kesenangan A, B, C dan D kadang kakaknya yang setuju tapi adiknya tidak mau dan sebaliknya.

Tapi saya tidak putus asa, lalu saya berobithoh lagi pada Guru Mursyid.

Alhamdulillah... ketika saya menawarkan sebuah tempat dan kesenangannya yaitu bermain di sebuah kali yang airnya bening dan banyak ikan gatulnya, kedua anak saya setuju dan keduanya relah melepaskan keinginannya yang selalu berbeda.

Saya jadi bahagia karena melihat kedua anak saya yang masih balita riang gembira bermain dengan ikan-ikan kecil yang ada di kali itu.

Dan saya bersyukur, berkat berobithoh pada Guru Mursyid semua permasalahan yang ada selalu mendapatkan solusinya.

Kesimpulannya, sebagai orangtua atau pemimpin harus kreatif dan jangan melupakan Guru Mursyid.

Semoga bermanfaat.

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Sholat Musafir

Era Digital dan Ke-Wali-an

Sekelumit (Sejarah) Al Khidmah di Kec. Wates (Skripsi 2015)