"Mulut" hari ke 9 : Ayok Mulutan!

Ayok Mulutan..

Rabi’ul Awal kalau dalam kalender Hijriah. Orang Jawa lebih familier dengan “Sasi Mulut”. Kalau mau sedikit fasih ditulis “Mulud”. Asal kata nya adalah bulan kelahiran atau Maulid Kanjeng Nabi Muhammad saw.

Oleh orang Jawa termasuk aku, lebih enak dan ringkas sering menyebut “Mulutan”.

Memang katanya orang Jawa ini senang menyingkat, ada pula katanya lidah orang Jawa sulit fasih.. Katanya lho ya..

Misal nama Muhammad menjadi Mad atau Mat.. Abdul menjadi Dul.. Misal yang kurang fasih seperti nama Khasan dan Khusain menjadi Kasan Kusen.. Robi’ah menjadi Rubingah.. Syafi’i menjadi Sapii atau Sopingi.. Salamah menjadi Selamet.. Romadhon menjadi Romelan.. Fatimah menjadi Patimah atau Patmi..

Kegiatan membaca Barzanji menjadi Berjanjen.. membaca Diba’ menjadi Tiba’an.. Rojabiyah menjadi Rejeban.. Mauludan atau Maulidan menjadi Mulutan..

Hahaha..

*****

Mulutan adalah acara peringatan kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad saw, biasanya dilaksanakan pada Bulan Rabi’ul Awal.. pada umumnya.. ada pula di Bulan Sofar dan Bulan Rabi’ul Akhir.. biasanya yang demikian jika “Mulutan-nya” menghadirkan mubaligh yang kondiang. Jadi menyesuaikan dengan jadwal sang mubaligh.

Demikian yang aku tahu dan aku alami.

*****

Rangkaian acara Mulutan ini berbeda-beda..

Pada umumnya sih acaranya inti.. Pembukaan – Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an – Sambutan sambutan – Ceramah Agama – Doa. Ini acara berfokus kepada mubaligh-nya. Jika sang penceramah kaku alias kurang bisa menarik simpati jamaah maka otomatis akan cepat bosan. Biasanya interaksi berfokus kepada “joke-joke” dari sang pemberi siraman rohani..

Model pertama ini sekarang sudah banyak dimodifikasi seiring dengan munculnya tim-tim hadroh. Jadi ada semacam sesi selingan yaitu dengan tampilnya tim hadroh dengan syair sholawat Nabi-nya.

Ada pula model ini.. Pembukaan – Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an – Sambutan sambutan – Sholawatan – Ceramah Agama – Doa. Biasanya acara model ini jika mengundang Jam’iyah Sholawat yang sudah besar. Durasi waktu pun relatif lama. Dibanding model pada umumnya. Model ini berfokus kepada rombongan Jam’iyah Sholawat.. dan biasanya acara sudah ada SOP dari Jam’iyah tersebut. Panitia tinggal menyiapkan “uborampe-nya”.

Model berikutnya ini lebih khusus.. Pembukaan –Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an – Pembacaan “maulid” Nabi – Ceramah Agama – Doa. Tipe ini biasanya acara formal tetapi berskala kecil. Durasinya tidak begitu lama. Acara berfokus kepada pembacaan maulid dan ceramah agama hanya sebagai pelengkap.

Model selanjutnya adalah model sederhana dan model informal.. Pembukaan – Sambutan sekaligus Ceramah (durasi secukupnya) – Sholawatan / Tahlil-an / Maulid-an – Doa. Biasanya dilakukan di tingkat Langgar atau Masjid lokal.. Jamaahnya pun terbatas.. hanya lingkungan sekitar. Biasanya berfokus kepada acara “Sholawatan / Tahlil-an / Maulid-an” – nya..

Model selanjutnya adalah Mauludan sederhana ala sekolahan.. Pembukaan – Pembacaan Ayat Suci Al-Qur’an – Sambutan Kepala Sekolah / yang mewakili - Unjuk Kemampuan dari anak-anak – Ceramah agama – Doa.. Mauludan ala sekolahan ini berfokus kepada ceramah agama.. biasanya sih di pandu oleh Guru Agama-nya..

Sedang untuk sekolah berbasis agama misalnya pondok pesantren, madrasah, TPQ.. model mauludan berfokus kepada pembacaan Maulid Nabi.

*****

Secara umum, Mulutan dengan membaca Maulid Nabi, yang dibaca adalah berbahasa arab.. alasan yang jelas iya karena identitas keagamaan Islam masih dipandang hanya dengan bahasa arab.. berpakaian “religius”..

Aku pun tidak menafikan-nya.. Pelajaran Agama kan jelas ada “tulisan” arab-nya.. a ba ta.. lah minimal.. Acara keagamaan kan tidak lepas dari itu semua..

Secara khusus, Maulid Nabi tidak melulu berbahasa arab.. kalau aku lebih suka anti mainstream.. yang terpenting adalah inti dari Mulutan adalah meneladani Kanjeng Nabi.. Sang Usawatun Hasanah..

Itulah inti ajaran beliau.. menjadi penebar kasih sayang kepada semuanya.. menjadi rahmat bagi semesta.. berakhlak mulia..

Jadi ayok Mulutan…

 

NB : Mulutan juga bisa dimaknai dengan makan-makan.. Sudah hampir satu setengan abad.. Kanjeng Nabi tetap membawa “berkat”.. bahkan hingga Hari Perjumpaan kelak..

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Sholat Musafir

Era Digital dan Ke-Wali-an

Sekelumit (Sejarah) Al Khidmah di Kec. Wates (Skripsi 2015)