"Mulut" hari ke 3 : Heran!
Heran!
Sabtu malam Ahad.. setelah sholat Magrib, ku hadiri undangan tahlil (tertulis begitu di surat undangan), dalam rangka peringatan wafatnya Ibu sumirah. Meskipun memakai surat undangan, tetep memakai undangan lisan si “shohibul bait”. Menurutku inilah cara mengundang yang baik. Silaturahim dan menyampaikan maksudnya.
Tradisi yang baik, karena orang yang mengundang adalah orang yang mempunyai “hajat”, sehingga dia harus merasa rendah hati di hadapan orang yang di undang. Kata orang Jawa, “NJOWONI”.. . Pun begitu sebaliknya, yang di undang pun jangan lantas merasa “dibutuhkan” sehingga menjadi “jual mahal”.. merasa jumawah.
Dalam literatur Islam, hal ini bisa di sebut tawadu’.. rendah hati.. Tidak sombong.
“Mangke bakdo Magrib, penjenengan dipun aturi rawuh wonten dalem, bla bla bla…..”.
“Oh ngoten! Njeh OK”..
Singkatnya..
Begitu tamu undangan sudah berkumpul.. “ini peringatan wafatnya Ibu Sumirah sekalian kirim fatihah untuk Bapak Munaji”.. begitu yang dibisik-kan kepadaku.
Bapak Munaji, aku memanggilnya Mbah Munaji.. orang orang sekitar rumahnya memanggilnya Mbah Kung. Dari panggilan itu, dapat diketahui bahwa dulu, waktu beliau masih “sugeng”, usianya sudah dan sampai sangat tua.
Aku mengenal sejak pendirian Langgar Kampungbaru. Sekitar 11 tahun lalu.. dia bersama cucunya (yang mengundangku tadi) sangat aktif ikut roan (kerja bakti). Waktu nge-cat genteng. Ngecor lantai dsb.
Sejak awal di adakan jama’ah di Langgar tersebut, beliau sangat aktif. Sejak belum sempurna bangunanya hingga sudah bagus.. aktif berjamaah. Hingga beliau wafat. Kecuali ketika mendekati wafatnya, beliau mulai berhalangan..
Badan bungkuk, berjalan memakai tongkat, sarungan dan berbaju batik lengan panjang. Berjalan ke Langgar sekitar 30 meter. Kadangkala dibonceng sepeda motor juga oleh cucunya.
Aku ingat, berjamaah sholat tarawih. Dengan kecepatan aku meng-imami, sekitar 35 – 40 menit, sholat Isya + Tarawih dan Witir.. beliau pun aktif ikut. Tarawih 20 roka’at pula. Kadangkala menjelang wafatnya beliau tampak sering istirahat (rowaha).
Beliau yang mengusulkan kepadaku, agar pada 1 Romadhon, dipimpin membaca niat puasa untuk 1 bulan.. jaga-jaga seandainya kelupaan berniat.. usul diterima.. tetapi yang menjadi catatan adalah baca niat puasa tidak mungkin lupa, karena di Langgar manapun yang NU, pasti sehabis Witir dipimpin untuk berniat.. serempak dan kompak..
Mbah Munaji dulu mengaji di Pondok Jampes, Kediri.. dilihat dari usianya, kayaknya masih “manggihi” Mbah Yai Ihsan Dahlan (pengarang Kitab Sirojut Tholibin syarah Kitab Minhajul Abidin) yang sangat kondiang hingga mancanegara itu.
Mbah Munaji adalah Jama’ah paling sepuh yang ikut sholat denganku.. belum ada rekor baru dan tampaknya rekornya sangat sulit dipecahkan..
Kalau hari ini peringatan istrinya, kayaknya tidak berselang lama adalah peringatan wafatnya Mbah Munaji.. Aku masih ingat.. “Titen” saja..
Pas buka acara aku sedikit bingung.. Pas acara aku santai.. Pas penutupan, suaraku meskipun lancar tetapi malah terdengar kayak orang belepotan ngomong..
Entah kenapa aku kadangkala kurang menguasai diri.. padahal itu sudah “santapanku”.
Aku jadi ingat.. hari ini pas aku dapat pengumuman hasil ujian P3K Guru. Aku lihat beberapa nama sahabat.. banyak yang lolos dan banyak pula yang tidak lolos. Padahal yang tidak lolos tersebut, sudah mendapat nilai tambah (afirmasi) 75 poin. Tetep tidak lolos.. pertanyaannya.. kurang persiapan (ini tidak mungkin), kurang siap (ini faktor pengalaman materi ujian), atau malah pasrah (ini faktor yang tidak mau belajar).. entahlah.. Cuma kaget dan heran saja…
Mungkin ini kayak aku yang belepotan ngomong di penutupan acara tahlil tadi.. aku juga heran, kenapa bisa belepotan..
Ada lagi yang membuatku heran pada hari ini..
Sehari ini, aku bersimpangan dengan 2 iringan jenasah dan melewati 1 prosesi perawatan jenasah.. Apakah bakal seperti beberapa minggu yang lalu???..
Selain itu, masih ada keherananku..
Film The Last Samurai.. Film favoritku tapi malah aku Cuma kebagian akhir fim.. ketika hormatnya pasukan kavaleri terhadap kematian Katsumoto (Pemimpin Samurai)..
Cerita di akhir film yang juga merupakan pelajaran dalam kehidupan kita yaitu tentang kisah kesetiaan Samurai kepada Kaisar yang ternodai oleh hasutan oknum petinggi kerajaan yang ingin mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain.. Toh akhirnya dia hanya menang sesaat.. pada akhirnya dia “mengaku” malu dan merasa dipermalukan oleh Kaisar..
“Yo wis lak pancen awakmu rumongso ngono, gak usah nyalahne sopo wae soale kuwi pancen salahmu dewe.. lagian wis akeh wong sing wis weruh karo kelakuanmu.. Iki samurai kanggo awakmu!” perintah Kaisar agar oknum petinggi tersebut melakukan Harakiri dengan samurai milik Katsumoto..
Semua yang hadir terdiam.. hening sesaat..
“Monggo monggo kopine”.
“Gak usah tegang”.
“Santai wae”.
Bikin gemes gregetan saja tokoh ini..
Oh iya.. ini juga Sunnah Nabi.. Rendah hati.. Bicara sopan kepada siapapun.. Tidak hasud.. Introspeksi diri.. Tegas dan Santai.. Jaga perasaan orang lain..
Sudah Tiba’an, Berjanjen, Habsyia, Burdahan, Sholawatan belum???
Tolong yang punya film The Last Samurai Tom Cruise yang pakai Sub Indo.. kirimi videonya atau linknya ya.. (di kolom komentar atau langsung chat WA)

Omura nama petinggi tersebut..
BalasHapus