Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan

Gambar
Saya, Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Puncu 4, Kec. Puncu, Kab. Kediri. Pada tahun ajaran 2021/2022 ini, ada 115 anak didik. Lumayan banyak, untuk ukuran sekolah di lereng gunung. Iya memang 500 meter ke arah timur selatan, aspal sudah sampai ujung, sudah masuk kawasan hutan lereng Gunung Kelud. Anak-anak biasa memanggil dengan Pak Priyo, bernama lengkap Priyo Susilo Utomo. Tupoksi saya, 1. penguatan akidah dengan kualitas iman takwa, 2. penanaman akhlak mulia sehingga menjadi kebiasaan, 3. peningkatan pengetahuan agama untuk mendukung kualitas iman dan takwa serta pembiasaan akhlak mulia, serta yang terberat adalah menjadi suri tauladan bagi anak didik serta tolak ukur guru lain-nya di mata masyarakat. Masa Pandemi adalah masa-masa suram dunia pendidikan. Hampir 2 tahun sudah, Kegiatan Belajar Mengajar maksimal, di ganti dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

"Mulut" hari ke 12 : Mulutan

Gambar
  Mulutan.. Gusti Kanjeng Nabi lahir e ana ing Mekah Dina Senin 12 Mulud taun Gajah Ingkang Ibu asmane Siti Aminah Ingkang Romo asmane Sayyid Abdulloh اللهم صل على محمد # يارب صل عليه وسلم Itulah salah satu lirik puji-pujian yang sering di lantunkan oleh anak-anak tentunya yang rajin berjama’ah di Langgar. Termasuk aku dulu.. yang aktif berjamaah sholat Magrib dan sholat Isya –saja-. Hehehe.. sholat selebihnya jarang berjamaah.. Sholat Shubuh berjamaah yang sering hanya ketika bulan Romadhon (sebelum berangkat jalan-jalan bawa mercon).. Puji-pujian dilantunkan setelah adzan berkumandang, tentu untuk menunggu jama’ah berkumpul sekaligus juga menunggu kedatangan Bapak Imam. Jadi durasi pujian ini tidak sama. Ada yang 1 menit, 5 menit, hingga kira-kira paling lama 15 menit.. Bahkan aku dulu sewaktu kuliah pernah “pujian” dengan Syair Burdah di Masjid Kampus hingga kira-kira 30 menit –mungkin lebih-. Itu karena Mbah Yai belum rawuh. Tidak ada yang berani maju menjadi Imam...

"Mulut" hari ke 10 : Malam Mingguan

Gambar
Malam Mingguan Malam ke 10 Rabiul Awal 1443 H ini bertepatan dengan malam minggu. Bagi sebagian orang, disebut malam yang spesial. Bagi para pekerja kasar, pekerja kebun, pekerja sawah, tukang bangunan, malam minggu adalah malam senyum senyum, karena waktunya menerima hak nya alias ongkos kerja selama 6 hari. Bagi anak sekolah, malam santai karena besoknya mereka libur. Bagi anak-anak muda, malam minggu adalah malam apel ke gebetan-nya. Intinya malam minggu adalah malam untuk mencari hiburan. Malam untuk me-refresh pikiran sejenak. Malam santai… Namanya saja malam santai, banyak kegiatan “mubadzir” yang dilakukan. War wor war wor motor bersliweran di jalanan. Banyak perkumpulan dadakan di pinggir jalan. Berbagai komunitas keluar dari markasnya. Tontonan banyak digelar. Orkes dangdut, kuda lumping, pasar malam.. Iya kegiatan mubadzir namanya.. jika dilihat dari sudut pandang agama. Biasanya orang “reliji-yes” yang berkata demikian.. Ada 3 pemuda sedang berjalan-jalan d...

"Mulut" hari ke 11 : Terbangan

Gambar
Terbangan.. Ada “kumpulan” yang sudah turun temurun di malam 11 setiap bulan Hijriyah. Kumpulan yang sudah mengakar kuat dalam kultur masyarakat Islam tradisional. Kumpulan yang rutin diagendakan oleh masyarakat muslim yang beraliran sufi, yang memegang ajaran tasawuf. Kumpulan yang biasanya diikuti oleh muslim “Jowo ndeso”. Kumpulan ini biasanya disebut dengan “sewelasan”, Gresikan dan Suroboyoan menyebut “sulasan”, lebih umumnya disebut “Manakib-an”. Sewelas-an atau sebelas-an ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap tanggal 11. Kegiatan memperingati wafatnya Sang Raja Wali, beliau adalah Syaikh Abdul Qadir al-Jilany al-Baghdadi. Disebut Manakib-an karena pada kegiatan ini diisi dengan pembacaan Manakib Sang Raja Wali. Manakib atau kitab sejarah perjalanan hidup hingga wafatnya Sang Raja Wali. Kitab Manakib yang dibaca adalah karangan Syaikh Ja’far bin Hasan bin Abdul Karim al-Barzanji. Syaikh Abdul Qadir al-Jilany lahir tanggal 1 Ramadhan 470 H di Kota Jilan, wilayah ...

"Mulut" hari ke 9 : Ayok Mulutan!

Gambar
Ayok Mulutan.. Rabi’ul Awal kalau dalam kalender Hijriah. Orang Jawa lebih familier dengan “Sasi Mulut”. Kalau mau sedikit fasih ditulis “Mulud”. Asal kata nya adalah bulan kelahiran atau Maulid Kanjeng Nabi Muhammad saw. Oleh orang Jawa termasuk aku, lebih enak dan ringkas sering menyebut “Mulutan”. Memang katanya orang Jawa ini senang menyingkat, ada pula katanya lidah orang Jawa sulit fasih.. Katanya lho ya.. Misal nama Muhammad menjadi Mad atau Mat.. Abdul menjadi Dul.. Misal yang kurang fasih seperti nama Khasan dan Khusain menjadi Kasan Kusen.. Robi’ah menjadi Rubingah.. Syafi’i menjadi Sapii atau Sopingi.. Salamah menjadi Selamet.. Romadhon menjadi Romelan.. Fatimah menjadi Patimah atau Patmi.. Kegiatan membaca Barzanji menjadi Berjanjen.. membaca Diba’ menjadi Tiba’an.. Rojabiyah menjadi Rejeban.. Mauludan atau Maulidan menjadi Mulutan.. Hahaha.. ***** Mulutan adalah acara peringatan kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad saw, biasanya dilaksanakan pada Bulan Rabi’ul...