Rasanya: Makjleb!

Rasanya: Makjleb!

Nama lengkapnya Vincentius Affel Ludyantono. Sementara adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Dari namanya, orang sudah bisa menebak, bahwa dia non muslim. Termasuk aku dulu ketika pertama kali kenal. Ternyata aku keliru, dia adalah muslim.

Iya jelas muslim, buktinya dia ikut pelajaranku via daring (pertama kali). Bahkan termasuk siswa aktif ikut pembelajaran daring. Jika berhalangan, pasti Mama-nya memintakan ijin.

Mamanya sangat sangat perhatian terhadap pendidikan putranya ini. Dan sikap inilah yang pasti dimiliki oleh orang tua di manapun. Tentunya yang peduli terhadap masa depan putra putrinya. Jika ada yang tidak demikian, mungkin ada faktor X. Sayangnya faktor X inilah yang sekarang sedang melanda banyak pribadi orang tua. Maklum jaman now.

Namun tidak dengan Mama Affel. Perkembangan putra putrinya, baik fisik maupun psikis diperhatikan. Jika ada yang salah, segera putranya dikasih pengertian dan pemahaman. Dari pengamatanku dan dari obrolanku dengan beliau.

***

Affel, anak kelas 1 dengan nomor absen 13, pada semester ganjil kemarin. Anaknya cerdas dan aktif. Dia termasuk anak yang kritis, pinter.

Tulisannya bagus untuk anak kelas 1. Baca tulisnya lancar. Cepat selesainya. Lebih baik dari beberapa anak kelas atas.

Aku paham sekali dengan 2 hal di atas. Setiap jam pelajaranku, untuk kelas  bawah, aku selain fokus ke materi, juga masih fokus dalam tahap tulis dan baca. Kerapian kelancaran. Intinya selain memberi materi agama, aku juga memberi materi tulis dan baca, biar makin lancar.

Dalam hal ini kelas 1, biasanya aku menulis materi dengan sistem nomor, jadi pen-deskripsianya pake sistem nomor, bukan kalimat. Nomor 1 sampe 10 (atau lebih). Setiap selesai 1 nomor, anak menyalin, aku tunggu sampai selesai masing masing anak. Jadi setiap aku selesai, anak pasti selesai (namun ada beberapa anak yang lambat).

Jadi aku masih memakai cara lama, nulis di papan tulis dan disalin anak. Aku tulis sendiri. Sambil menerangkan pula. Istilahnya kalau “oknum” guru sekarang, ngapain repot repot nulis di papan tulis, kan ada buku pegangan.  Gak apa apa lah repot.. KAN TUGAS GURU ADALAH MENGANTARKAN ANAK DIDIKNYA DARI YANG BELUM BISA MENJADI BISA, YANG BELUM LANCAR MENJADI LANCAR, YANG BELUM PAHAM MENJADI PAHAM. Termasuk aku, meskipun REPOT nulis sendiri, gak pa pa. Repot ini jika itu masih dalam tupoksi guru, maka akan membuat gaji yang kita makan menjadi lebih GURIH. Jika itu di luar tupoksi guru, maka akan bernilai ibadah. GITU SAJA KOK REPOT..

Dan selesai menulis, pasti aku suruh baca tulisannya satu satu, maju berdiri di samping meja guru. Tidak terkecuali yang belum lancar membaca. Pasti aku suruh meng-eja. Minimal dia latihan mengenal huruf.

Affel adalah salah satu anak yang selalu aku beri nilai A+. Dia pun merasa senang, dan laporan Mamanya. Karena dengan salah satu alasan inilah, aku menjadi guru favoritnya. Hahahahaha…..

Meskipun demikian, penilaianku ini sangatlah objektif. Dia mendapat nilai tersebut iya karena dia pantas mendapat nilai tersebut.

***

Pada pertemuan terakhir mapel Pendidikan Agama Islam di semester 1 di kelas 1, tentunya setelah PAS (penilaian akhir semester), aku sedikit kaget.

Anak kelas 1 pulang, namun Affel tidak segera pulang. Iya, Affel menunggu mamanya, yang khusus menemui dan meminta tolong aku, tentunya masih di kelas.

Singkat ceritanya, pada pembicaraan itu Mama Affel bilang yang kurang lebih begini :

“Pak Priyo, saya mau minta tolong ke Pak Priyo. Sebelumnya saya minta maaf. Rencananya Affel mau saya pindahkan ke MI. Saya ini muallaf Pak Priyo. Saya belum begitu paham tentang agama. Sehingga di rumah, jujur saya belum bisa memberikan pendidikan agama yang baik kepada anak saya. Jadi saya ingin Affel lebih paham dengan agama. Sekolah MI adalah salah satu solusinya. Karena MI kan lebih banyak materi agamanya.”

“Injeh, lajeng pripun??”, jawabku.

“Masalahnya adalah Affel ini terlanjur nge-fans dengan Pak Priyo, terlanjur suka dengan Pak Priyo, alasannya Pak Priyo enak ngajarnya dan katanya dia sering dikasih nilai A+  Bahkan kemarin lebaran saja, pengen ke rumah Pak Priyo, padahal belum pernah ketemu langsung Cuma daring. Jadi, dia bilang nanti gimana Pak Priyo, aku tidak bisa ketemu lagi dengan Pak Priyo, intinya dia masih kepikiran Pak Priyo, susah move on, tolong Pak Priyo kasih pengertain ke Affel dan nasehat ke Affel”.

“Hahahahaha.. Ooo ngoten, injeh injeh”. Terus ku lanjutkan..

“Ibu saya ini meskipun Guru Agama di SD, namun saya akan memposisikan diri saya sebagai orang umum. Memang betul kata ibu, di SD itu pendidikan agamanya memang tidak sedetail dan sekomplit di MI. dan lebih dari itu, proses pendidikan dan kegiatan belajar mengajarnya MI itu lebih baik, MI lebih variasi, lebih berkembang. Jadi kalau pertimbangan ibu adalah pendidikan agama maka MI sudah tepat atau di SD Islam itu juga bagus. Mungkin karena swasta, jadi lebih inovatif dan kreatif, karena jika tidak demikian maka akan kehilangan murid”.

“Iya Pak Priyo, saya minta tolong, nasehati Affel dan kasih motivasi dan pengertian, soalnya dia terlanjur nyaman banyak teman di sini, dan susah move on dari Pak Priyo”

Singkat ceritanya… Lantas Affel pun dipanggil Mamanya masuk ke kelas.

“Sini nak, dengarkan nasehat Pak Priyo”.

“Affel”, ku mulai nasehatku.

“Affel ikuti kemauan Mama, nanti Affel pasti akan jadi anak suskes, nanti kalau kangen dengan Pak Priyo dan teman teman bisa main ke sini. Silahkan dolan ke rumah Pak Guru, di sana ada wisata Alaska. Jadi pokoknya Affel ikuti nasehat Mamanya ya!”

Namanya juga anak kecil, Affel dengan lugunya juga mendengarkan nasehatku.

Kemudian setelah agak lama cerita cerita tentang Affel (yang tidak bisa aku tulis di sini) Mamanya mengucap terima kasih dan pamit pulang..

***

Memasuki semester baru, tepatnya tanggal 4 Januari kemarin ada chat di nomorku dan ku balas, yang berbunyi :

[07.22, 4/1/2022] Pc 4 Afel 1 2122: Assalamualaikum pak Priyo..

Pak mohon doa nya ya,Affel mulai hr ini sudah belajar di MI.. bantu doa ya pak supaya affel krasan dan bs mempelajari ilmu agama islam lbh jauh sekalian belajar ilmu sosial nya.

Yg insha allah bs bermanfaat buat affel sekarang dan kedepan nya pak.

Trimakasih selama kami berdua kenal pak priyo,pak priyo sangat baik dengan kami..

🙏🏻🙏🏻🙏🏻

[07.31, 4/1/2022] Priyo Susilo Utomo: oo injeh sami sami.. semoga sukses.. dan jadi anak sholeh.. 👍👍👍

[07.57, 4/1/2022] Pc 4 Afel 1 2122: Amin.. maturnuwun pak.🙏🏻

***

Yang ingin kusampaikan adalah sekolah negeri jika tidak ada kreatifitas dan inovasi maka lambat laun akan ditinggalkan oleh murid. Alasan sekolah swasta bisa berkembang karena ada iuran itu adalah alasan klasik.

Kayaknya bukan itu permasalahannya. Bahkan, aku masih ingat betul ketika ada di diskusi kuliah Pasca Sarjana, temanku bilang:

“Guru guru PNS itu terlanjur berada di zona nyaman”.


Terjemahannya adalah ibaratnya dia yang penting mengajar di kelas dan memenuhi administrasi maka dia tetap mendapat gaji, besar pula. Beda dengan guru di sekolah swasta, jika tidak kreatif dan inovatif, jangan harap sekolahannya dilirik oleh wali murid. Wali murid sekarang itu lebih baik bayar mahal tetapi pendidikan untuk anaknya bagus, daripada gratis tapi biasa saja.

Coba lihat sekarang MI, SD Islam, SD IT. Bahkan ada beberapa sekolah yang sampai menolak murid. Ada murid yang berasal dari luar domisili, rela jauh jauh dan membayar mahal untuk sekolah di tempat ini. Bahkan beberapa SD Negeri di beberapa Kecamatan sudah mulai kehilangan peminat. Muridnya sudah mulai habis, dan bersiap gulung tikar. Jika berdekatan dengan sekolah swasta yang demikian, dipastikan was was dan pasti berusaha “minimal” mendekati program yang sama dengan sekolah swasta. Contoh : Mengaji tambahan di sekolah, Sholat Dhuha, Asmaul Husna, Ekstra Rebana, Marching Band dsb.

Lagi lagi PROGRAM KEGIATAN KEAGAMAAN lah sebagai pesaing dari program di sekolah swasta. Sebagai ASN dengan Jabatan Guru Pendidikan Agama Islam, ini adalah cambuk bagi diriku. Pun begitu bagi Guru dengan bidang studi lain, apalagi status ASN. Rasanya seperti MAKJLEB….

NB : Ketika dulu temanku bilang “Guru guru PNS itu terlanjur berada di zona nyaman”. Aku dan Dia masih belum berstatus ASN. Sekarang aku sudah. Diapun menyusul. Kita lihat apa dia akan termakan oleh mulutnya sendiri atau sebaliknya…

Oleh : Priyo Susilo Utomo, Wates, 5 Januari 2022.. hampir tengah malam..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Sholat Musafir

Era Digital dan Ke-Wali-an

Sekelumit (Sejarah) Al Khidmah di Kec. Wates (Skripsi 2015)