“Kerjaan dan Emak serta Telur Ayam”

 “Kerjaan dan Emak serta Telur Ayam”

Pergi pagi pulang siang, sudah menjadi rutinitasku. Sesuai aturan, jam kerjaku adalah jam 7 pagi hingga jam 2 siang, itu setiap hari Senin sampai dengan Kamis. Sedang 3 hari sisanya sedikit santai. Jum’at setengah hari, Sabtu weekend juga setengah hari, Minggu liburan.

Minggu sesuai aturan yang tidak tertulis merupakan hari bersama keluarga. Sedang hari yang lain, waktu bersama keluarga adalah sisa dari waktu rutinitas kerja. Dengan catatan kalau “TIDAK CAPEK”.

Padahal maksud yang ingin kusampaikan adalah RASA CAPEK. Boleh dibilang aku mau curhat. Namun curhatku ini, jika dibaca oleh wanita dengan status “ibu-ibu”, maka aku yakin aku bakal kena bully. Ibaratnya curhatku adalah bumerangku. Jadi sebelum aku diprotes, PERLU AKU TEKANKAN, TOLONG DIGARIS BAWAHI, aku sampaikan curhatku ini adalah pujianku kepada “Ibu-ibu”.

Kerja dengan tuntutan “dinas” ada untung ruginya. Untungnya adalah dari segi financial kita sudah “dijamin”, ibaratnya jika kita kerja sungguh-sungguh dan sesuai tugas pokok kita, maka GAJI-nya menjadi GURIH –meminjam istilah seniorku dulu-. GURIH disini artinya MBERKAHI, MANFAATI, menjadikan kita selamat dunia akhirat. Jadi sebaliknya, jika tidak gurih maka ada saja akibatnya. Kalau hitungan hari belum ada apa-apa, berganti hitungan bulan, hitungan tahun, bahkan puluhan tahun, efek tidak gurih ini akan ada akibatnya.

Contoh, dulu setiap kali aku melihat seorang “pegawai”, gagah, naik mobil, aku selalu merasa “iri” dalam hati aku selalu berpikir, enak ya pegawai itu, gaji dan tunjangan besar. Setelah sekian tahun, mungkin belasan tahun, aku melihat orang yang aku iri itu masih jadi pegawai, badannya tidak segagah dulu, kurus dan kelihatan tua dibanding usianya. Keherananku aku lanjutkan, karena hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat, akhirnya aku kepo. Aku tanyakan, ternyata “pegawai” ini sakit, dan harta bendanya, mobil yang dipakainya, rumah tempatnya berteduh, aset-asetnya juga sudah habis terjual. Sekarang dia malah berada di rumah kontrakan. Aku hanya berpikir, APA KARENA GAJINYA DULU TIDAK GURIH YA???

Keuntungan yang kedua dengan bekerja dengan tuntutan “dinas”, adalah dari segi waktu, waktu kerja sudah diatur dan harinya sudah ditentukan, bahkan tanggalnya pun kita sudah ditetapkan. Jadi tinggal pinter-pinternya me-manage waktu saja. Kapan waktu buat keluarga, buat refreshing, buat kerja sampingan. Hahaha..

Keuntungan berikutnya adalah adanya jaminan bagi keluarga kita, anak istri masuk daftar penerima tunjangan. Kalau boleh dibilang, mereka cukup menunaikan tugas sebagai istri dan anak, sudah mendapat jaminan. Hahaha..

Selanjutnya adalah dari segi prestise, bekerja dengan aturan “dinas” ini, boleh disebut sebagai PEGAWAI, apalagi ASN, otomatis dari strata sosial akan naik. Menjadi lebih terpandang. Menjadi lebih dihargai dan dihormati serta disegani. Orang yang dulu menganggap remeh akan seperti tertohok.. seperti curhatan peserta audisi menjadi “artis” di salah satu stasiun televisi, lagunya viral, coba searching di mesin pencarian “AKU YANG DULU”. Hahaha..

DAN Keuntungan ini semua kupersembahkan untuk “EMAK”.

Sedang untuk ruginya sebagai orang yang kerja dengan aturan “dinas”, salah satunya adalah kebalikan dari segi keuntungan yang pertama, penghasilan dibanding dengan para pengusaha, wiraswasta masih kalah jauh. Dan godaan yang menjadikan rasa “GAJI” menjadi tidak gurih sangat besar. Misal, kerja santai-santai saja, tidak sesuai dengan core value seorang Pegawai ASN –BERAKHLAK-. Rasa gaji yang tidak gurih kadangkala boleh diartikan dengan gaji buta. Kerja ora tenanan tapi tetep ngarep digaji. Atau lagi godaan dari “penghasila tambahan” yang tidak sesuai dengan aturan. Sebut saja KKN.. Pegawai Dinas godaan untuk KKN ini “sangat sangat” besar. Karena dia merupakan “jujukan” dari masyarakat. Gampang di amplopi di bawah meja, padahal jika dipikir apa yang dia lakukan itu sudah menjadi tugasnya. Tanda tangan, buatkan persetujuan, pengantar dsb.

JADI INTI-NYA PINTER PINTER SAJA..

Itu jam kerjaku.. dan catatannya..


***

Terus kalau ibu ibu??? Jam kerjanya??? Bisa bisa 24 jam.

Jangan ditanya lagi..

Contoh nyata saja Emak-ku.. bangun tidur sebelum subuh (pasti).. padahal sebelumnya juga bangun untuk sholat malam.. habis sholat subuh.. bersih bersih.. sambil persiapan sholat juga menyalakan api di pawonan (tungku kayu), untuk memanaskan air untuk mandi (walaupun sudah ada kompor gas, Mak tetep suka di pawonan). Selain itu juga menanak nasi di rice cooker, cuci baju sekedarnya. Singkat cerita.. setelah selesai semuanya baru berangkat ke pasar (kalau dulu naik sepeda ontel, sekarang aku antar kadangkala jalan kaki sekalian olahraga).

Di pasar entah berangkat jam berapa, biasanya tetap sampai siang (jam 11 ke atas, yang rutin sekitar jam 12 kecuali hari hari tertentu). Di pasar itu jangan dibayangkan duduk melayani pembeli, terus santai santai, tidak demikian. Kadang juga angkat angkat dagangan, bersih bersih, merapikan, wira wiri sana sini. Tapi kalau di pasar, Mak lebih banyak teman ngobrolnya alias banyak hiburan sampingan. Kondisi dagangan baik laris atau tidak itu juga berpengaruh terhadap fisik dan pikiran ketika di pasar.

Pulang dari pasar, persiapan sholat dhuhur, di “sambi” cuci baju dan bersih bersih.. istirahat siang sekitar jam setengah 2.

Bangun lagi untuk sholat ashar jam 3 nan dan persiapan di sore hari..

Menjelang petang hingga malam hari.. ngaji terus.. kalau rutinan seminggu saja yg terjadwal sudah 3 kali (ini baru yang terjadwal), kalau ngaji di rumah setiap hari dah..

Selesai ngaji dan baru santai itu sekitar jam setengah 8 itu kalau jadwal ngaji sore, kalau malam baru santai kalau sudah jam 9 malam. Santai biasanya digunakan untuk nonton TV. Yang ditonton seperti kebanyakan, itu sinetron yang lagi viral, Ikatan Cinta.

Tidur malam biasanya standart sih jam setengah 10, kadang bisa kurang kadang bisa lebih, liat liat sikon. Kalau lagi mood nonton TV ya nonton, kalau lagi capek ya tidur.

Udah berulang ulang seperti itu, setiap hari. Kalau dulu malah lebih parah lagi sibuknya pekerjaan Mak. Merawat Bapak, ngopeni aku yang bandel, wis pokoknya beratlah..

***

Jadi yang ingin kusampaikan adalah seberat berat pekerjaan anak kalau dibandingkan dengan pengorbanan Ibu itu tiadalah artinya. Ini saja baru aku pahami baru baru ini. Sejak aku mulai momong Si Kecil.

Kalau sedang main, mainan 2 keranjang di acak acak di segala penjuru rumah. Baru sebentar di beresin, di obral lagi. Hahahaha…

Kalau malam tidur, tiba tiba bangun, nangis, Ibu pula yang mendiamkan dengan kasih ASI. Ngomong ngomong tentang ASI, kalau balita cewek mimiknya dibandingkan balita cowok itu katanya masih kalah kuat. Aku dulu berarti benar benar sangat merepotkan dan menyusahkan Mak.

Kalau bangun malam, karena Bapaknya dengan alasan capek kerja siang hari, Ibu pula yang menemani “melek”an.

Kalau nangis minta sesuatu, Ibu yang segera menggendong untuk menenangkannya.

Belum waktunya kalau cuci baju. Waduh.. sehari bisa 1 ember besar, itu saja baru baju si Kecil. Itu saja juga sudah dipermudah dengan adanya Pampers.. aku bayangkan jaman dulu.. waduh.. sudah dan repotnya,,

Kalau liat kuku anaknya panjang, dan anak balita itu memang gampang panjang, repotnya kalu motong kuku. Biasanya dipotong kalau lagi tidur si Kecil. Itu saja masih kesusahan, padahal sudah pake alat potong kuku. Jaman dulu pake gunting, lebih susah lagi..

Belum waktunya mandi, ndak mau mandi..

Belum waktunya makan, sulit banget makan..

Itu belum waktu mengandung dan melahirkan serta mengasuh ketika sudah beranjak usianya.. aduh ndak cukup 4 jempol untuk Ibu.

Makanya agama menganjurkan berdoa.. agar orang tua kita (khususnya Ibu) disayangi oleh Alloh dengan kasih sayang seperti waktu menyayangi dan merawat kita. Anak tidak akan pernah mampu membalas jasa dan pengorbanan orang tua. Jadi hanya Alloh-lah harapan kita sebagai anak untuk membalsanya..

Oh iya.. ini sih sekedar cerita dan akupun belum mampu untuk merenungi tulisan ini dan melaksanakan apa yang dianjurkan oleh tulisan ini. ALIAS OMONG THOK HORA HISO NGLAKONI..

TAPI SEPERTI IBARAT : MAKAN DAN NIKMATI TELUR AYAMNYA JANGAN ENGKAU LIHAT DARI JALAN MANA DIA KELUAR.. (perhatikan yang dibicarakan dan ambil sisi baiknya JANGAN lihat siapa yang bicara).

Info Dinas terbaru 3 Januari 2022..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Sholat Musafir

Era Digital dan Ke-Wali-an

Sekelumit (Sejarah) Al Khidmah di Kec. Wates (Skripsi 2015)