Jasmani vs Rohani

Beberapa hari yang lalu, aku menjalani tes kesehatan, jasmani dan rohani. Tentu bukan kehendak aku sendiri, melainkan ini kehendak dari negara. Iya tes ini merupakan salah satu syarat untuk pengangkatan menjadi abdi negara. 

Tes ini dilaksanakan pada hari Kamis untuk tes jasmani, dan hari Jum'at untuk rohani. Sehari sebelumnya, tepatnya hari Rabu, juga ada "seseorang" yang menawarkan jasa medical checkup. Brand-nya ada medical checkup herbal. 

Herbal disini sebetulnya, lebih merujuk kepada alat yang digunakan untuk medical checkup. Tentu saja berbeda dengan alat yang digunakan di dunia kesehatan umumnya. Tidak ada jarum suntik, stetoskop, tensimeter, timbangan, bahkan alat pengambilan sampel dari tubuh. 

Alat macam apa ya??? 

Alat ini semacam mesin elektrik, dilengkapi dengan beberapa tombol, lampu indikator dan suara indikator, serta 2 buah jarum deteksi. Itu sih pengamatan ku sekilas. Mirip dengan alatnya tukang servis electro. 

Alat ini digabungkan dengan kemampuan dari si tukang "praktek", yaitu dalam hal pendeteksian titik-titik akupuntur di telapak tangan. 

Medical checkup komplit kata orang tersebut, meliputi 24 macam pendeteksian. Jantung, paru paru, liver, ginjal, lambung, kadar gula adalah sedikit yang ku ingat. 

Maka aku pun ditawari.. 

Dan aku pun menolak dengan halus.. Alasan klasik yaitu takut dengan medical checkup dan takut jika ada apa apa. Dan termasuk alasan "biaya"nya. 😂😂😂😂.. 

Maka, dengan berbagai alasan, akhirnya temanku lah yang di uji coba, tentu dengan izin dan pertimbangan dari kedua belah pihak, plus kesepakatan biaya-nya. 

Tes berjalan, ditemukan beberapa indikasi gejala ketidaknormalan, alias penyakit. Pun begitu, hal itu wajar bagiku. Itu gejala dari akibat pola hidup dan pola makan dari pribadi seseorang. 

Ada 2 temanku yang di medical checkup. "Wah laris juga", pikirku. 

Ternyata, asal mulai nama medical checkup herbal ini, selain merujuk kepada alat yang digunakan, juga merujuk kepada " OBAT" yang dibawa orang tersebut. Aku pun sudah menduganya. 

Medical checkup herbal, karena masih promo (khusus) guru dan keluarga, tarifnya 30 k. Sedangkan obatnya 1 botol berisi beberapa kapsul harganya 300 k. 

Untuk masalah kesehatan adalah nomor 1, tidak "perhitungan" masalah uangnya. Ini benar. 

***

Kembali ke tes kesehatanku.. 


Kamis, aku menjalani serangkaian tes kesehatan jasmani. Urutan yang aku jalani yaitu:

1. Tes urine, yang aku ingat ini untuk pendeteksian penyalahgunaan obat obatan terlarang. 

2. Pengambilan sampel darah, aku tidak paham untuk apa sebenarnya ini. Yang aku ingat hanya ketakutan ku pada jarum suntik. Aku sempat mundur beberapa antrian untuk meyakinkan dan memberanikan diri. Ketika giliranku, aku memakai topi, dan menoleh ke arah berlawanan, tentu saja "bergaya sok" berani. Aslinya takut.. Dan ternyata, suntikan nya tidak sesakit ketika vaksin. Tahu tahu sudah selesai darahku diambil. 

3. Tes ke poli penyakit dalam. Ternyata tidak seseram namanya. Hanya ditanya ini itu. Malah aku guyonan dengan yang memeriksaku. 

4. Tes mata. Ketika aku memakai alat yang mirip kacamata, ada beberapa ujian yang boleh dibilang aku gagal. Singkat nya mataku tidak sesehat orang sehat. Aku tanya, ternyata ada gejala min (-) pada mata sebelah kanan. Kalau warna lolos lah. Tapi tetep bersyukur. Masih bisa membedakan uang dari warnanya. 😂😂😂

5. Yang terakhir adalah tes kepada dokter spesialis. Ini baru pakai alat deteksi semacam stetoskop. Tes di dada dan punggung, tarik nafas juga. Yang tahu hanya dokter spesialis. Aku tanya, "gimana dok?? Apakah sehat". Alhamdulillah.. 

Tes sedemikian rupa menelan biaya 170 k, bertempat di RS Kabupaten Kediri (RS Pelem, Pare). Tes dimulai sekitar jam 8 pagi dan aku selesai sekitar jam setengah 11. Hasilnya menunggu uji dari laboratorium.. Urine dan darah. 

***

Keesokan harinya, aku mengikuti tes kesehatan rohani. 

Tes ini hanya menjawab pertanyaan sebanyak 566 pertanyaan, dengan jawaban Ya atau Tidak, Yes or No. 

Apakah kamu merasa bahagia. 

Ayah ibuku orang baik. 

Apakah kamu senang di keramaian. 

Apakah kamu pernah mencuri kecil kecilan ketika masih anak anak. 

Apakah kamu takut sendirian. 

Apakah roh mu pernah keluar dari tubuhmu. 

Apakah kamu merasa ada sesuatu yang mengikuti mu. 

Apakah kamu senang dengan kehidupan seksmu. 

Apakah kamu percaya dengan  mukjizat Nabi Nabi. 

Itu adalah sebagian pertanyaan yang bisa kutuliskan di sini. Dan ada pertanyaan yang berulang kali ditanyakan. 

Aku memulai tes sekitar pukul setengah 8 dan keluar dari ruangan sekitar pukul 9. 

Tesnya memakai lembar jawaban komputer (LJK). Tetapi menurut analisis ku, LJK tersebut tidak akan dikoreksi komputer. Alias manual. Tapi entahlah.. Yang penting aku pengen lulus. 

Tes ini menelan biaya 250 k, dilaksanakan di lantai 2 gedung Dinas Kesehatan Kab. Kediri, bersebelahan dengan gedung Bhagawanta. 

***

Yang ingin kusampaikan adalah, ternyata tes rohani lebih mahal daripada tes jasmani. Padahal secara kasat mata, lebih mudah. Wong tinggal jawab 566 soal dengan jawaban Yes or No. 

Lebih sulit soal SKD (Seleksi Kemampuan Dasar) nya. Perlu mikir dan perlu belajar. 

Walaupun begitu, segera ku kesampingkan pikiranku yang demikian. 

Coba bandingkan, orang sakit jiwa (rohani) dan orang sakit fisiknya. Lebih mudah mana pengobatan nya? 

Bandingkan pula bahaya dari orang terkena penyakit jasmaninya (ambil saja contoh yang parah sakit stroke) dan orang stres, psikopat. 

Bandingkan pula efek dari sakit rohani dan sakit jasmani. Lebih aneh mana??? 😂😂😂😂

Coba kita lihat sekeliling, lingkungan sekitar, pemandangan di jalanan, berita di media. Kemudian bedakan antara yang sakit rohani dan sakit jasmani. 

Dan ternyata semua ada obatnya, ada ahli yang menangani nya. Sakit jasmani ada dokter, bidan, tukang pijat, terapis dsb. Sakit rohani ada psikolog, guru agama baik itu Kyai atau Ustadz. Yang paling penting bedakan yang benar-benar ahli dan yang abal-abal. Yang asli dan yang ngaku ngaku. Yang penting pula, bedakan gejala nya, mana yang rohani dan mana yang jasmani. 

*Priyo S. U.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Sholat Musafir

Era Digital dan Ke-Wali-an

Sekelumit (Sejarah) Al Khidmah di Kec. Wates (Skripsi 2015)