Kiprah Alumni

Salah satu Kiprah Alumni

Oleh : Pak P

Siang ini sangat terik. Mungkin posisi matahari tepat di atas kepala. Ini kalau mengikuti ilmu agama : Ilmu fikih. Soalnya selang beberapa menit sudah terdengar adzan Dhuhur. 

Kira kira beberapa menit sebelum waktu dhuhur adalah salah satu dari 3 waktu yang dilarang untuk melaksanakan ibadah sholat. Posisi matahari itu tadi alasannya. Jadi kalau sholat dhuhur, nunggu bayangan agak condong ke sebelah timur. 

Ku tempuh perjalanan naik sepeda motor, sengaja aku melewati jalan berliku, jalan yang teduh. Menyusuri perkampungan, areal kebun, jalan tikus, dalam rangka menghindari sengatan terik matahari yang terlalu. 

Naik sepeda motor pada jam tersebut, dengan memakai kaos lengan pendek, aduh sangat terasa sekali teriknya. Memang lagi pengen santai.. Tidak pakai jaket. 

Setelah ku perkirakan, aku akan sampai di Masjid Jami', tepat waktu dhuhur. Segera mampir. Wudhu.. 

اللهم صل على سيدنا محمد طب القلوب ... 

Terdengar pujian dari toa masjid : sholawatan. 

Tradisi pujian ini memang sudah berlaku di masjid masjid kampung, yang beraliran sebut saja NU. Selain menunggu jama'ah hadir, misalnya saja masih ke kamar mandi berwudhu, masih perjalanan. Juga pujian itu dalam rangka mengamalkan dalil tentang waktu mustajab untuk berdo'a. Iya waktu antara adzan dan iqomat itu kan mustajab. 

Aku biasanya sih lebih memilih doa untuk kedua orang tua. 

اللهم اغفرلي... 

Namun sayangnya, tradisi pujian ini di beberapa masjid atau Langgar sudah dihilangkan kan. Di ganti dengan "berdiam diri". Ini lah yang membedakan basis organisasi nya.. NU atau yang lainnya.. 


Selang beberapa putaran, iqomat pun dikumandangkan. Aku pun juga sudah bersiap. Memasuki masjid, ku hampiri seseorang anak muda yang ku kenal. Yang biasanya ikut wira wiri repot. 

Aku pun maju ke shaf yang pertama. Iya memang memungkinkan. 

Ku lirik beberapa jama'ah. Dari sekian jama'ah, banyak ku lihat yang berjenggot, pakai celana cingkrang. Ciri khas aliran tertentu. Kalau sholat pun, kaki di rapatkan dengan makmum di sebelah nya. Bahkan sampai "diuber" kaki jama'ah lainnya. Biasanya itu yang tidak sealiran. Aku bisa bercerita demikian, karena pernah mengalami. Bahkan orang tersebut, lebar kakinya sampai melebihi bahu. Dalam rangka merapatkan shaf. 

Ku lihat seorang maju ke mihrab. Menjadi imam. 

Selesai sholat, ku ikuti dzikirnya sampai selesai berdo'a. Dzikir ala NU komplit untuk ukuran kampung (sudah beradaptasi dengan orang kampung). 

استغفرالله العظيم

لا اله الا الله وحده لا شريك له

اللهم انت السلام

الفاتحة

اية الكرسي

سبحان الله

الحمدلله

الله اكبر

لااله الا الله.. 

Selesai mengamini do'a imam, aku pun sholat rowatib : ba'diyah dhuhur. Hal yang jarang ku lakukan jika dalam perjalanan. Tetapi kali ini perjalanan santai, maka ku tunaikan lah. 

Aku segera menuju ke teras masjid. Dihampiri anak muda yang ku salami tadi. 

Ternyata dia di utus oleh Gus-nya, untuk standby di masjid ini. Mengatur mengarahkan dan menjaga kendaraan jama'ah. Salut dah.. Pagi sampai sore. 

Setelah berbincang cukup, aku pun bertanya, siapa imamnya tadi? Rumahnya mana?.. 

Di jawab : bla bla bla.. 

Singkatnya ku jawab sekaligus memberitahu : Imamnya itu alumni Lirboyo. Aku pernah melihat wajahnya di daftar nama alumni (Himasal) yang kulihat di rumah anggota Himasal senior. Mudah ku ingat, soalnya anggota Himasal dari kecamatan ini, khususnya yang usia seumuran sang imam cuma sedikit. Seingatku malah dari desa "ini" malah cuma dia doang.. 

Dalam hati, aku berbangga dengan mengenal dan mengetahui mereka. Aku pun juga senang dengan kiprah para Alumni pesantren yang menduduki posisi strategis di masjid pusat kota. Aku pun juga senang jika para Alumni pesantren mengabdi di dunia pendidikan formal. 

Aku bukan anak pesantren.. Tapi anak TPA kampung.. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Sholat Musafir

Era Digital dan Ke-Wali-an

Sekelumit (Sejarah) Al Khidmah di Kec. Wates (Skripsi 2015)