Tamu yang Setia Menunggu

 Tamu yang Setia Menunggu

Judul ini merupakan julukan yang cocok untuk temanku ini. Bagaimana tidak? Dalam suasana hujan, dingin, dia rela menempuh perjalanan jauh untuk ngobrol ke rumah Emak-ku.

Lho bukannya julukannya seharusnya Tamu Nekat! Atau Tamu yang Rela Kehujanan! Atau Tamu dari Jauh! Tidak.. julukan seperti itu sudah biasa. Sudah banyak yang mempunyai gelar seperti itu. Dan julukan demikian belum atau tidak menunjukkan keistimewaan dari Sang Tamu-ku ini.

Lalu bagaimana julukan ini bisa aku sematkan kepadanya?

Ceritanya begini : Sejak pagi aku sudah wara wiri kesana kemari. Padahal aku malam hari sebelumnya aku tidur pukul 2 pagi. Maklum malam tahun baru 2022. Tapi tidak “melek”an karena merayakan, atau ikut karaoke dengan sound system menggelegar seperti lingkunganku, atau menyalakan kembang api pas pergantian jam 12 malam, atau ikut bakar bakar sate seperti kebanyakan orang yang merayakan tahun baru. Tidak demikian.. aku melek karena iya ndak bisa tidur.. hahahaha.. biar lebih kelihatan top.. aku melek karena tafakur.. hahahahaha.. yang benar melek di depan layar Laptop, TV dan HP..

Sambil sesekali melihat kamar. Maklum istri dan anak lagi kurang enak badan. Batuk pilek.. Badan hangat.. sakit musiman. Makanya aku “melek”an hingga pukul 2.

Bangun sholat subuh, terus antar Mak ke pasar. Bersih bersih. Nyapu nyapu. Beres beres. Tahun baru aku ingat akan ada rombongan tamu.

Makanya sudah sibuk sejak pagi. Padahal kalau pas liburan kalau pagi tiduran aja. Apalagi kalau si kecil masih tidur. Bapaknya enak menemani ikut tidur.

Istri yang juga sedang kurang enak badan, juga ikut sibuk. Tapi alhamdulillah dengan wara wiri tubuh bisa berkeringat dan badan terasa enak. Tidak malas malasan.

Alasanku juga senang “gerak” adalah biar tubuh ndak malas. Ndak santai santai saja.. aduh bisa hancur perlahan fisik ini. Kurang gerak. Apalagi santai santai di saat teman sibuk.. hancur fisik dan rohani dah! Hahahaha..

Singkat ceritanya : aku kecapekan seharian.. sore mendung.. terus tidur..

Aku terbangun oleh suara istriku yang bilang bahwa di halaman ada kendaraan temanku. Dan dia kaget di teras rumah ada temanku yang duduk santai. Kaget campur bingung.. aku segera bangun dan buka pintu.. ternyata benar..

Setelah ku persilahkan masuk.. ku minta tolong istriku buatkan minuman hangat dan makanan berat. Sambil aku meluncur ke kamar mandi.. cuci muka.. wudhu.. sholat ashar.. 


***

Ngobrol ngalor ngidul ngetan ngulon.. seputar pemberkasan PPPK.. iya karena dia lolos PPPK Guru tahap 1.. kebingungan muncul karena dia sejak selesai pendaftaran dia sudah tidak mengajar di sekolah induk. Tetapi dapodik masih ada di sekolah induk.. (dan ternyata ini problem yang sedah di protes oleh para pelamar PPPK). Tetapi alhamdulillah dia punya SK tertanggal semester ini dia masih mengajar. Alias dia baru keluar setelah dapat SK.. dan tidak mengajar di sekolah tersebut masih beberapa bulan saja. Tetapi jangan salah dia keseharian tetap mengajar di MTS sebuah Pondok Pesantren.. juga tetap Ngaji pagi dan malam di Pondok tersebut.

“aku no ora paham ngene iki. Aku biyen coro ora mbok jak nerusne sekolah no yo ora kuliah neh, gara gara awakmu iki”, katanya.

Maklum dia memang tidak pernah mengenyam pendidikan formal. MI, MTS dan MA-nya adalah pendidikan pondok alias informal. Dia lulus Aliyah tahun 2009. Alhamdulillah ijazahnya pondok sudah diakui oleh Pemerintah alias Muadalah. Meskipun tidak mengikuti kurikulum Pemerintah tetapi Pemerintah mengakui pendidikan yang diselenggarakan Pondok tersebut. Iya dia berijazah MI MTS MA Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo. Yang katanya hampir mata pelajaran kurikulum MA-nya setara dengan S-1 nya Al-Azhar Mesir.

Kemudian 2011 dia lanjut kuliah di Institut Agama Islam Tribakti Kediri, lembaga yang berada dalam naungan Yayasan Al-Mahrusiyah Lirboyo, yang didirikan oleh KH. Mahrus Ali menantu dari KH. Abdul Karim (Mbah Manab) Pendiri Pondok Lirboyo. Di S-1 dia satu angkatan dan satu kelas denganku. Jadilah salah satu bolo plek-ku. Maklum sama-sama orang Kediri dan sama-sama nduduk (berangkat dari rumah). Yang berbanding terbalik dengan kebanyakan teman-teman kuliah, yang rata-rata luar kota Kediri yang mondok di Lirboyo dan Pondok sekitar kampus.  Jadi bahasa keseharian di kampus Tribakti itu kebanyakan adalah bahasa Indonesia, maklum teman-teman banyak yang berbeda latar belakang daerahnya. Biar sama ya bahasa Indonesia. Kan dalam Sumpah Pemuda, Bahasa Indonesia adalah Bahasa Persatuan. Dan yang unik juga dari Tribakti itu jumlah kendaraan yang terparkir adalah kebanyakan sepeda ontel, bukan sepeda motor.

Lulus 2015, dan yang membuatku “iri” dia wisuda S-1 dan istrinya bareng wisuda S-2 dari Tribakti pula. Itu cerita dulu… Kemudian ketika dalam wisuda itu, ketemu aku.. dan aku lanjut kuliah dengan langsung daftar Program Pasca Sarjana (S-2).. aku ajaklah dia ikutan. Dari sinilah muncul bahwa akulah yang menjadi penyebab dia mendapat ijazah seperti sekarang. Lulus S-2 tahun 2017..

Jadi semua pendidikannya adalah dalam MI hingga S-2 adalah naungan Lirboyo.. asli salaf.. asli pondok..

Pernah dalam satu diskusi di kampus Pasca Sarjana.. dia bilang Ketuhanan Yang Maha Kuasa.. gempar deh satu kelas.. Grrrrrrrrrrrh..  tertawa lepas.. Hahaha.. serba serbi anak pondok..

***

Ngobrol diselingi guyonan.. Sholat Magrib.. ngobrol lagi… Sholat Isya.. ngobrol lagi..

Yang menarik dalam obrolan tersebut adalah ketika membahas tentang pendidikan formal (ikut kurikulum Pemerintah). Alumni pondok pesantren yang “maaf” dulu kurang update dengan tetek bengek administrasi Pendidikan Umum tentu saja bingung dengan hal beginian. Aku saja yang dari pendidikan umum juga dulu sempat kebingungan dengan hal demikian. Iya kurang update.. kurang aktif.. kurang gaul dengan dunia administrasi, dunia IT-lah alasannya.

Intinya ngertinya Ngajar ngajar ngajar.. Ngaji ngaji ngaji… lain lain gak paham.. Bahkan ketika mendapat “bisyaroh” kecil alasan klasiknya selalu PENTING NGAJAR, GUSTI MBOTEN SARE.. ENEK AE REJEKINYA NANTI..

Itu BENAR DAN ada SALAH-nya ternyata.. tetapi itulah yang mendarah daging dari Guru Agama Islam.. apalagi dari basic Pesantren..

Motto-nya IKHLAS BERAMAL..

Padahal ketika kita sudah masuk dunia pendidikan formal ya harus belajar tentang tetek bengek dan uborampe-nya Pendidikan oleh Pemerintah ini. Para Guru Agama Islam yang “kayaknya” bermotto demikian, maka akan kebingungan dan kalang kabut untuk melengkapi administrasi ketika ada PROGRAM INSENTIF tambahan dari Pemerintah. Lha katanya Ikhlas Beramal.. Giliran ada uang kok kebingungan mencari persyaratan???

Jadi yang ingin kusampaikan adalah IYA KITA KUDU IKHLAS BERAMAL TETAPI KALO KITA SUDAH KOMITMEN JADI GURU, ABDI NEGARA YA KUDU IKUTI ATURAN-NYA.. PENUHI PERSYARATAN DAN ADMINISTRASINYA.. ITU BARU BENAR MOTTO IKHLAS BERAMAL..

BUKAN KALANG KABUT KALAU SUDAH ADA INFORMASI INSENTIF TAMBAHAN.. (aku dulu juga gitu) Hahahaha.. Ikhlas Beramalnya berarti masih ABAL ABAL..

***

Obrolan berikutnya yang menarik adalah “ALUMNI PESANTREN” kalau ada kesempatan kuliah iya kuliah dan atau “ALUMNI KAMPUS KEAGAMAAN khususnya BASIC SALAF” kalau sudah mendapat ijazah kalau ada kesempatan silahkan mengabdi untuk umat, dengan cara ikut INSTANSI PEMERINTAH salah satunya.

KENAPA DEMIKIAN??? seANDAInya MEREKA “TIDAK MAU” mengabdi untuk Pemerintah, lalu siapa lagi yang akan mengisi kekosongan Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama di Instansi Pemerintah akan diisi oleh mereka yang tidak paham agama (atau maaf kurang paham agama). Hancur sudah.. AJUR REMUK kata temanku.. (dalilnya Hadis Shahih)..

Tetapi ada juga “ALUMNI” yang bilang halah aku wiraswasta saja sambil ngajar di TPA, atau sambil ngaji. Kan yang penting TETEP NGULANG NGAJI.. seakan hal yang dilakukan LEBIH BAIK dari yang mengabdi untuk Instansi Pemerintah.

Itu BENAR DAN ada SALAH-nya ternyata.. salahnya adalah dia baru berkata PENTING TETEP NGULANG NGAJI ketika dia GAGAL dalam seleksi yang diadakan oleh Pemerintah atau tidak ada kesempatan dalam Program Pemerintah, dan merasa mereka yang Mengabdi di Instansi Pemerintah kurang ikhlas.

JANGANLAH BERKATA DEMIKIAN YA SIS AND BRO.. AKU YAKIN ANDA SEMUA AKAN BERUSAHA IKUT PROGRAM PEMERINTAH JIKA ADA DAN DAPAT KESEMPATAN.. mungkin motto PENTING TETEP NGULANG NGAJI akan ANDA TINGGALKAN sementara atau seterusnya JIKA BERHASIL LOLOS..

***


Kring.. kring.. kring.. Nada HP tamuku berdering (aslinya lagu)..

Intinya..

Tamuku pamit pulang dan berjanji akan melanjutkan pengisian pemberkasan PPPK 2021 ini besok lusa jika persyaratan sudah beres semua. Aku pun bilang.. “OK SIAP”..

Sambil istriku kusuruh membungkus sedikit oleh oleh untuk keluarganya di rumah.

Singkat ceritanya tentang tamuku ini adalah ketika aku buka pesan pesan nya di HP-ku. Ada beberapa pesan di chat WA-nya.

Pertama kirim pesan dari Ketua CASNnya dan meneruskan ke aku pukul 14.07 dan menanyakan maksudnya.

Lalu dia ngomong berada di masjid kampungku pukul 15.33 alias setengah 4 sore. Padahal biasanya masjid sholat Asar di awal waktu sekitar jam 15.00 nan.

Lalu ngomong sudah JOGROK di teras pukul 15.56 alias jam 4 sore.

Dan aku baru bangun tidur karena diberitahu istriku sekitar pukul 16.45-nan alias jam 5 sore kurang dikit.

Jadi DIA MENUNGGU DI TERAS RUMAH DAN TIDAK MAU MENGANGGU KAMI selama sekitar 1 JAM LEBIH.. Soalnya dari analisaku tentang CHAT-nya, dia ngomong sudah diteras itu ketika dia sudah berada lama di teras. Alias sudah menunggu. Dan kami baru tau sekitar jam 1 jam kemudian.

Maaf ya Bro.. suguhan makanan beratnya dari kemarin kemarin cuma Nasi dan Mie.. Minuman hangatnya cuma jeruk hangat.. nikmati cemilan dan jajanan seadanya.. Duren juga belum enak bro..

Semoga lancar dan sukses..  DAN ITU PASTI KARENA KAMU SELALU BERBAKTI DAN IKUT APA KATA IBUMU.. Dan Kamu memang tamu istimewa karena salah satu keistimewaanmu hari ini adalah SETIA MENUNGGU..

2 Januari 2022, Bapak Dija sambil momong Dija di halaman.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Sholat Musafir

Era Digital dan Ke-Wali-an

Sekelumit (Sejarah) Al Khidmah di Kec. Wates (Skripsi 2015)