Hotel Cempaka Putih

NOSTALGIA
di HOTEL CEMPAKA PUTIH

Kalau kita sering kumpul pemusik,
gak bisa dipungkiri kita pingin bisa bermusik dan menjadi pemusik

Kalau kita sering kumpul pelukis, gak bisa dipungkiri kita pingin bisa melukis dan menjadi pelukis

Kalau sering kumpul dengan penyair, gak bisa dipungkiri kita pingin menulis syair dan menjadi penyair.

Saya punya teman di Gresik namanya cak Rosyad, konon ceritanya setelah selesai mondok, dia dapat perintah dari gurunya untuk tidak keluar rumah selama 40 hari, walau hanya 40 hari, tapi godaannya berat sekali.

Ketika ikut ziarah wali songo dia satu kamar dengan alm. KH Muh.  Nur Hasyim dari desa Karang Anyar Gresik. Murid yang paling estu, mulai dari Yai Sepuh hingga ke Yai Asrory.
Saya diundang ke kamarnya di Hotel Cempaka Putih Jakarta untuk omong-omong bertiga tentang tarbiyah-tarbiyah dari Yai Asrory.
Teman saya bercerita bahwa habis matur pada Yai Asrory. Intinya dia menolak dipanggil Kyai oleh orang-orang.
Jawab Yai Asrory : " jangan ditolak itu rohmat dari Allah, yang penting bukan kamu yang pingin dipanggil Kyai."

Nah... Kalau kumpul pemusik lama-lama pingin jadi pemusik, kumpul pelukis pingin jadi pelukis, kumpul penyair pingin jadi penyair.

Kalau sering kumpul habaib pingin jadi habib kah?
Kalau sering kumpul Kyai pingin jadi Kyai kah?

Oleh sebab itu ketika teman saya menolak dipanggil Kyai, mungkin karena merasa belum pantas disebut Kyai, saya jadi teringat beliau r.a. pernah berkata pada saya : " gak enak dadi Kyai iku,.... enak dadi wong biasa sing duwe ati koyok atine Kyai." ( tidak enak jadi seorang Kyai itu,.... enak jadi orang biasa tapi punya hati seperti hatinya seorang Kyai ).
Ketika beliau berkata demikian, dalam hati saya menjawab : " iya Yai... saya pingin jadi diri saya sendiri."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Sholat Musafir

Era Digital dan Ke-Wali-an

Sekelumit (Sejarah) Al Khidmah di Kec. Wates (Skripsi 2015)