11 88 11
NOSTALGIA 11 88 11 ( 1+8 )
Sebelum kutulis kisah ini, bolehlah saya bercerita sedikit tentang masa lalu saya.
Karena semenjak kelas 3 SD saya sudah yatim. Saya butuh bimbingan dari seorang ayah, tapi saya tidak mendapatkan itu. Oleh sebab itu setiap punya teman, saya harus kenal orang tuanya, baik ayahnya atau ibunya.
Keuntungannya jika tidak bertemu dengan teman, saya bisa ngobrol sama orang tuanya. Alhamdulillah dari hal itu saya dapat banyak nasehat dari orangtua mereka.
Apalagi pada th 1988 itu saya dipertemukan oleh Allah SWT bisa punya bapak rohani, yaitu Khadrotusy Syaikh Achmad Asrory al Ishaqi RA. Saya seperti terlahir kembali dalam asuhan seorang hamba yang mulia.
Yang sudah saya tulis pada awal-awal edisi nostalgia bahwa semenjak saya gagal dengan " Melati " untuk menjalani hidup dan kehidupan, saya bagaikan mati di dalam hidup. Ruang yang luas, lebar dan terang menjadi sempit, kecil dan gelap.
Perasaan senang, rindu, cinta dan kasih sayang bagaikan mati di hati saya.
Namun ketika pertama kali bertemu beliau R.A. segala kegelapan itu jadi terang benderang.
Senyumnya yang sejuk ngangeni dan tutur katanya yang lembut berisi, menjadikan hati saya kepingin sehidup semati bersama beliau R.A.
Ketika hati saya seperti itu, beliau tersenyum lalu bercerita :
" dulu... ada seorang Kyai punya murid, muridnya bilang pada Kyainya : "Yai.... saya ingin sehidup-semati dengan Yai..." Lalu Kyainya bilang : " Lho... jangan! Kalau saya mati..., kamu ikut mati? Kalau ingin sehidup-semati... ya dengan yang tidak bisa mati."
Itulah tarbiyah dari beliau yang saya dapatkan pertama kali.
Saya jadi mengerti untuk apa cinta itu, untuk siapa cinta itu.
Baru pertama bertemu dengan beliau, Allah SWT sudah menunjukkan kekaromahannya pada saya :
1. Kejadian yang saya alami, beliau ketahuinya.
2. Yang sedang saya pikirkan, beliau membacanya.
3. Yang saya inginkan, beliau beri jalannya.
Ya Allah... Ya Allah... Ya Allah...
Ijinkanlah saya menangis... ijinkanlah ya Allah! Ijinjanlah...... halalkan airmata saya untuk mengenang beliau.
Semoga tulisan saya ini bermanfaat buat semua khususnya saya dan keluarga saya.
Sebelum kutulis kisah ini, bolehlah saya bercerita sedikit tentang masa lalu saya.
Karena semenjak kelas 3 SD saya sudah yatim. Saya butuh bimbingan dari seorang ayah, tapi saya tidak mendapatkan itu. Oleh sebab itu setiap punya teman, saya harus kenal orang tuanya, baik ayahnya atau ibunya.
Keuntungannya jika tidak bertemu dengan teman, saya bisa ngobrol sama orang tuanya. Alhamdulillah dari hal itu saya dapat banyak nasehat dari orangtua mereka.
Apalagi pada th 1988 itu saya dipertemukan oleh Allah SWT bisa punya bapak rohani, yaitu Khadrotusy Syaikh Achmad Asrory al Ishaqi RA. Saya seperti terlahir kembali dalam asuhan seorang hamba yang mulia.
Yang sudah saya tulis pada awal-awal edisi nostalgia bahwa semenjak saya gagal dengan " Melati " untuk menjalani hidup dan kehidupan, saya bagaikan mati di dalam hidup. Ruang yang luas, lebar dan terang menjadi sempit, kecil dan gelap.
Perasaan senang, rindu, cinta dan kasih sayang bagaikan mati di hati saya.
Namun ketika pertama kali bertemu beliau R.A. segala kegelapan itu jadi terang benderang.
Senyumnya yang sejuk ngangeni dan tutur katanya yang lembut berisi, menjadikan hati saya kepingin sehidup semati bersama beliau R.A.
Ketika hati saya seperti itu, beliau tersenyum lalu bercerita :
" dulu... ada seorang Kyai punya murid, muridnya bilang pada Kyainya : "Yai.... saya ingin sehidup-semati dengan Yai..." Lalu Kyainya bilang : " Lho... jangan! Kalau saya mati..., kamu ikut mati? Kalau ingin sehidup-semati... ya dengan yang tidak bisa mati."
Itulah tarbiyah dari beliau yang saya dapatkan pertama kali.
Saya jadi mengerti untuk apa cinta itu, untuk siapa cinta itu.
Baru pertama bertemu dengan beliau, Allah SWT sudah menunjukkan kekaromahannya pada saya :
1. Kejadian yang saya alami, beliau ketahuinya.
2. Yang sedang saya pikirkan, beliau membacanya.
3. Yang saya inginkan, beliau beri jalannya.
Ya Allah... Ya Allah... Ya Allah...
Ijinkanlah saya menangis... ijinkanlah ya Allah! Ijinjanlah...... halalkan airmata saya untuk mengenang beliau.
Semoga tulisan saya ini bermanfaat buat semua khususnya saya dan keluarga saya.

Komentar
Posting Komentar