Sakit atau malas???
Pagi hari tadi aku buka chat di group WA salah satu kelas (atas). Ketertarikanku dengan chat di group WA ini karena di group WA sekarang jika nomor WA kita atau salah satu kontak kita ditag (ditandai) oleh seseorang maka akan bertanda warna biru. Iya, wali kelas mendapat tag oleh seorang murid. Wali kelas jelas aku simpan nomernya sehingga berwarna biru. Semacam dispesialkan dan notifikasi gitu lah.
“Bu guru.. Saya ijin tidak masuk karena saya sakit tenggorokan”, bunyi chat murid tersebut.
Aku sudah bisa menebak. Sebagai guru jika mendapat ijin seperti ini tentu akan malas membalas dan membahas di group. Guru beranggapan karena sakit sepele, yang tentu saja tidak menghalangi kegiatan belajar dia di sekolah. Dengan catatan itu kalau memang sakitnya seperti itu. Sudah selesai.
Sekolah menerapkan aturan 1 kelas mendapat jatah masuk sekolah 2 kali dalam seminggu. Iya aturan daerah terkait dengan masa pandemi, PPKM level 3. Singkatnya dalam satu hari ada 2 kelas yang masuk sekolah. Kelas dengan jumlah murid sedikit jadi 1 sesi, sedang dengan jumlah murid banyak menjadi 2 sesi. Intinya protokol kesehatan dan aturan diterapkan. Kelas dengan jumlah murid sedikit masuk bersamaan dengan jumlah murid banyak. Kelas bawah masuk bersama dengan kelas atas.
Hari senin kelas 2 (murid 16) dengan kelas 6 (murid 20). Selasa yang masuk kelas 3 (murid 25) dengan kelas 5 (murid 17). Rabu jelas kelas 1 (murid 13) dengan kelas 4 (murid 24). Kembali berulang pada hari berikutnya. Untuk pelajaran mapel menyesuaikan. Hari ini, selasa 21 September 2021 aku masuk kelas 5. Kelas yang tadi pagi aku buka group WA nya. Sengaja aku masuk pagi..
Di dalam kelas aku membahas bab 4 tentang puasa. Sesuai dengan buku panduan atau perangkat (dengan kosongan tanggal) dan sesuai dengan kenyataan (memang materi sudah sampai bab ini). Tentang kegiatan pembelajaran tidak akan aku bahas lebih lanjut. Kira-kira sama dengan guru yang lain. Bedanya aku itu kalau di dalam kelas sering bercerita tentang kisah-kisah keseharian, kisah-kisah di lingkungan sekitar. Intinya biar murid semakin paham karena yang diceritakan mereka mengalami dan melihat. Tentu juga cerita begini sebagai guru menyesuaikan dengan materi pelajaran. Alasan sederhana iya karena materi pelajaran agama Islam adalah materi kisah-kisah yang mengandung hikmah. Hikmah tauhid, hikmah akhlak, hikmah fiqih, hikmah hukum sebab akibat, kira-kira seperti itu aku membahasakannya. Dan mungkin ini berbeda dengan guru lainnya.
Singkat cerita, ketika jam pelajaran sudah hampir selesai aku memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk bertanya.
“Ada yang mau bertanya??”
“Mboten”, jawaban kompak dan klasik murid.
“Nanti kalau tidak ada yang bertanya Pak Guru yang bertanya lho!”.
“Pak, saya mau tanya!”, seorang murid bertanya.
“Silahkan!, mau tanya apa?”.
“Kenapa kok masuknya cuma 2 kali dalam seminggu?”, begitu bunyi pertanyaannya.
“Iya, karena sekolahan terikat dengan aturan pemerintah, sebenarnya sih mau dimasukan semua dan terus tetapi kita akan kena sanksi karena melanggar aturan”.
“Gitu ya??, pertanyaan bagus, ini tandanya sudah bosan sekolah daring ya”.
“Adakah pertanyaan lagi??”.
“Tidak Pak”, jawaban kompak.
“Kalau gitu Pak Guru yang bertanya”.
“Teman kalian ada yang tidak masuk karena alasan tenggorokan sakit, kalian tahu bukan??”.
“Iya Pak”, sebagian jawaban anak-anak.
“Ada yang rumahnya dekat dengannya??”.
“Saya Pak!”, jawab salah seorang anak.
“Kalau sakit gini, di rumah emang ngapain dia?”.
“HP-an Pak”, jawabnya.
“Berarti gak pa pa ya misalkan dia masuk sekolah?”.
“Kan sakitnya tidak membuat dia tidak bisa berjalan, tidak bisa konsentrasi alias karena sakit dia jadi adem panas badannya sehingga dia jadi lemas”.
“Tidak begitu kan??”.
“Kan sakit tenggorokan itu ibaratnya sakit karena kena pisau waktu mengupas nanas”.
“Tidak parah, masih bisa berjalan, masih bisa ngomong, masih bisa belajar, gitu kok jadi alasan tidak masuk sekolah”.
“Sekolah seminggu masuk 2 kali, kesempatan emas, eh malah alasan sakit tenggorokan ijin tidak masuk”.
“Iya Pak, kalau ngomong lho teriak-teriak, di rumah juga biasa mainan HP”, jawaban seorang anak yang kemudian dibenarkan oleh teman-temannya.
“Jadi intinya dia itu malas, gitu ya!!”.
“Kalian jangan meniru hal semacam itu, tidak baik, nanti kalau kalian ijin tidak masuk sekolah karena sakit padahal tidak sakit, nanti kalian sakit beneran gimana??”.
“Mau seperti itu??”.
“Mboten Pak”, jawaban kompak anak-anak.
“Kalian jangan ngomong sembarangan, ndak sakit ngomong sakit, sakit sepele alasan ndak masuk karena sakit, kalian seperti mendoakan diri kalian sendiri pengen sakit”.
“Itu saja pesan dari Pak Guru, kita akhiri pelajaran hari ini, kurang lebihnya Pak Guru mohon maaf, jangan lupa PR-nya dikerjakan”.
“Marilah kita berdoa dengan membaca surat wal-ashri”.
“wal-ashri ………………… (ila akhirihi).”.
“Sekian”.
“Assalamu alaikum warohmatullohi wabarokatuh”.
“Wa alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh”, jawaban yang sangat kompak.
Ku tulis ketika selesai mengajar dan ku selesaikan di atas kasur. Di TransTV lagi ada Film Barat “Elektra”.

Komentar
Posting Komentar