Belajar dari Senior

 Day 4 : Belajar dari Senior

Tampaknya aku sebagai guru agama memang tidak selihai guru agama senior. Guru agama yang kira-kira usianya sekarang 50 ke-atas. Atau bahkan sudah purna tugas.

Ini sih berdasarkan pengalaman ku selama mengajar -dari awal sampai sekarang-. Iya meskipun kurikulum sering berganti, tetapi sebenarnya materi agama iya itu itu saja. Tauhid, Fikih, Akhlak, Ibadah, BTQ (baca tulis al-Qur’an) dan Kisah-kisah hikmah.

Dan salah satu indikasi nya bahwa aku kalah lihai adalah : tentang materi kisah kisah Nabi.

Singkatnya : aku kalah dalam “praktek” bercerita. Kalah dalam penguasaan materi dan penguasaan kondisi.

***


Hari ini Sabtu 5 Maret 2022, aku pagi mengajar di kelas 6 B, SDN Puncu 2, sekolah yang pernah aku ceritakan secara singkat kemarin.

Sekolah non kantorku. Yang statusku di sini sebagai Guru Bantu.

Guru Bantu bukan GTT. Karena aku tidak tercatat di administrasi sekolah. Dengan alasan, secara dinas aku sudah tercatat di SDN Puncu 4. Tercatat di SK Tugas Bupati. Jadi tidak boleh seenaknya ngotak ngatik.

Yang mau aku sampaikan adalah kelas 6 materinya sedikit ngebut. Coba lihat! Kalau buku penunjang kelas 1-5, antara materi semester ganjil dan genap terpisah. Tapi kelas 6, jadi satu.

Jadi bukunya tebalnya 2 kali lipat.

Harganya pun juga. Pengadaannya di awal semester ganjil.

Namun, di semester genap tidak perlu diadakan, memang sudah ada, berbeda dengan kelas bawah.

Kenapa demikian?

Karena memasuki semester genap, tepatnya tengah semester, kelas 6 sudah disibukkan dengan berbagai ujian. Bahkan dulu ada beberapa kali try out UN, ada UAS, ada US dan ada UN. Jadi semester genap, kelas 6 penuh jadwal. Makanya materi semester genap, sebaiknya disampaikan di semester ganjil.

Tapi repot juga sih. Kasihan juga sih. Ah.. Tidak perlu dibahas hal yang sudah mendarah daging di dunia persilatan sekolah ini.

Di kelas 6 B ini materi yang ku sampaikan sudah sampai bab Kisah Teladan Nabi dan Ashabul Kahfi.

Hari ini, aku berhasil menyampaikan 3 sub bab. Kisah Nabi Yunus as, Nabi Zakaria as, dan Nabi Yahya as, serta mengoreksi evaluasi bab Infaq dan Sedekah.

Ketika memasuki sub bab kisah Nabi Yunus as, ternyata anak sudah mengetahui kisah Nabi Yunus as. Kisah mukjizatnya. Yaitu kisah Nabi yang ditelan oleh ikan. Nabi berada dalam perut ikan, namun tidak mati. Bahkan Nabi berhasil keluar dari perut ikan dengan selamat.

Anak-anak sudah tau secara garis besar kisahnya. Pertanyaannya adalah :

1.       Siapa yang menceritakan? Apakah sempat orang tuanya bercerita? Belum tentu. Apakah guru ngajinya di kampung? Mungkin saja tapi kemungkinan sangat kecil. Jadi siapa? Tentu guru agamanya disekolah. Dan itu tentu guru sebelum aku. Iya guru yang sepuh.

2.       Kapan mendengar cerita ini? Tentu ketika masih di kelas bawah, usia kecil. Karena anak kecil cenderung seneng mendengar cerita Nabi-nabi. Ini pengalamanku. Sebagai murid dan sebagai guru.

3.       Di mana dengarnya? Tentu di sekolah. Dan sangat besar kemungkinan ketika sehabis materi utama. Alias sebagai pengisi waktu luang.

Padahal pengalamanku, aku ini sangat jarang bercerita tentang Kisah Nabi, apalagi selain Nabi Ulul Azmi : Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi Isa as dan Nabi Muhammad saw. Kecuali kalau materi pelajaran.

Aku sering bercerita tentang kisah kisah keseharian. Kisah kisah di lingkungan sekitar. Kisah tentang perilaku terpuji, perbuatan tercela, kisah pergaulan. Itupun aku menyesuaikan dengan kondisi anak.

Jadi jika anak anak sudah mengetahui kisah kisah Nabi, itu bagiku sangat spesial guru yang dulu bercerita. Sehingga sampai anak itu kelas 6, masih ingat akan kisah nabi tersebut.

***

Dalam kisah Nabi Yunus as ini muncul keteladanan : jangan mudah putus asa, kasih sayang, minta maaf jika salah dan rajin berdoa.

Dan doa Nabi Yunus as ketika dalam perut ikan, sangat populer sampai sekarang. di jadikan sebagai salah satu bacaan wirid dalam Istighosah.

لا إله إلا انت سبحانك إني كنت من الظالمين

Bahkan doa ini sangat dianjurkan dibaca ketika kita sedang menghadapi suatu masalah. Dengan di qiyaskan (analogikan) dengan kisah Nabi Yunus as yang sedang berada dalam masalah yaitu dalam 3 kegelapan (gelapnya perut ikan, gelapnya lautan, dan gelapnya malam).

***

Selanjutnya adalah kisah Nabi Zakaria as dan putranya yaitu Nabi Yahya as.

Bagaimana seorang Nabi yang menikah sudah sangat lama, belum juga mendapat keturunan. Bagaimana susahnya rumah tangga jika belum dikaruniai momongan. Betapa sedihnya seorang istri belum juga menyandang gelar ibu. Belum jika sudah usia senja, takut tidak ada yang mewarisi dan merawat. Bagaimana cibiran dan omongan kerabat, tetangga dan teman. Semua dirasakan Nabi Zakaria as dan istri.

Singkat ceritanya : setelah berusaha dan berdoa dengan ikhlas, serta tidak putus asa dengan karunia Alloh, maka mengandunglah istri Nabi Zakaria as, dengan tanda tanda tertentu. Dan lahirlah Nabi Yahya as.

Kisah Nabi Zakaria as lah pula yang berhubungan langsung dengan Kisah Nabi Isa as. Karena Nabi Zakaria as lah yang menjaga dan mengawasi Siti Maryam (Maria) ketika beribadah.

Jadi kisah ini bisa diadopsi oleh keluarga-keluarga yang sudah menikah lama namun belum dikaruniai momongan. Silahkan baca kisah lengkapnya dalam Al-Qur’an.

***

Namun ada yang perlu aku catat dalam penyampaian materi hari ini (di kelas 6 B).

Soal-soal latihan nya itu loh.. bikin geleng geleng.

Dari 10 soal. Yang bisa dikatakan pertanyaan itu hanya 1. Yang 9 lainnya adalah “sambung kalimat”. Mirip bacaan persis.

Bahkan dalam materi tertentu, anak tanpa melihat buku pun bisa menjawab nya. Alias bisa menyambung kalimatnya.

Tapi ini aku dapatkan di buku penunjang tertentu. Tidak semuanya demikian. Mungkin beda penerbit beda lagi.

Sebenarnya tidak salah sih..

Toh dalam penilaian agama banyak faktor yang menentukan. Tidak sekedar menjawab soal.. ini pula yang aku sampaikan ke anak anak.

***

Selanjutnya jam siang giliran aku menuju ke sekolah asliku. Mengajar kelas 5. Sampai pada materi Tarawih dan Tadarus. Namun sebelumnya membahas soal soal di Bab sebelumnya.. Sederhana dan Ikhlas..

Di kelas ini banyak cerita keseharian.

Mulai dari goyang di tiktok. Status WA. Nonton TV. Pengaruh HP.

Singkatnya : anak perempuan cenderung lebih dewasa dari anak laki laki. Bahasannya kekaguman pada cowok, genit, dan pacaran. Memang anak sekarang lebih cepat dewasa.

Walaupun secara fikih umur 8 tahun sudah ada yang dewasa. Yaitu masa dimulainya keluar darah haid.

Selesai kelas :

“Sebelum pulang, marilah kita berdoa bersama sama agar pulang sampai rumah dengan selamat, mendapatkan ilmu yang bermanfaat, bisa membahagiakan kedua orang tua, berdoa mulai!”, begitu bunyi kalimat penutup yang sering ku ucapkan..

Doa..

“Kurang lebihnya mohon maaf, sekian, assalamu’alaikum wr wb”.

Oh iya.. setelah kembali ke kantor. Aku banyak berbicara dengan bahasa Jawa yang baik bagi guru. Walaupun kadang kala masih salah sih.. tapi setidaknya berusaha menjaga “marwah” seorang guru.

Kata yang sering itu : panjenengan, rawuh, kondur, kerso (berkehendak), duko (marah), ngasta (membawa, mengampu), sowan (menghadap).

Kata yang sering dan seharusnya diucapkan oleh seorang guru. Dan ini sering kudapati dan kujumpai -dalam tanda kutip : hanya- diucapkan dari bibir guru senior dengan tata bahasa Jawa yang baik dan benar.

Catatan bagiku pribadi : kudu banyak belajar dari senior.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Sholat Musafir

Era Digital dan Ke-Wali-an

Sekelumit (Sejarah) Al Khidmah di Kec. Wates (Skripsi 2015)