Bakso dan Begadang
DAY 1 : Bakso dan Begadang
Hari pertamaku dengan status berbeda (jabatan) bertepatan dengan peringatan Isra’ Mi’raj. Rejeb-an orang Jawa bilang. Boleh juga disebut : Rojabiyah-an, biar sedikit ke-Arab-an.
Tepatnya Selasa, 1 Maret 2022. Selasa Legi, 27 Rojab 1443 H. Primbon Jawa bilang, Selasa neptu 3, Legi neptu 5, Selasa Legi neptunya 16. Alias weton-nya 16.
Neptu adalah istilah orang Jawa sebagai penanda. Biasanya untuk penentuan hari pernikahan (termasuk lamaran dan tunangan), bangun rumah, pindah rumah (memulai pondasi dan memulai menempati). Penentuan hari baik atau buruk untuk melangsungkan hajat dan “selametan”, neptu ini dipakai.
Ada yang masih memakai Neptu. Ada juga yang sudah tidak memakai. Dan ada pula yang “ber-gaya” memakai alias memakai jika cocok dengan harapan dan angan-angan-nya, jika tidak cocok ya tidak dipakai.
Adakah yang seperti ini? Ada. Bahkan di era modern seperti ini, semakin banyak. Jadi patokan hari baik buruk itu, sesuai kehendaknya. Neptu-nya tidak baik, tapi jika sudah terlanjur berkehendak, maka trabas saja. Yang dijadikan dalil, iya syariat agama. Betul sih, tapi “minteri” namanya. Buktinya, pas momen-momen tertentu, neptu juga tetep dipakai.
Aku sih cuma senyumin saja orang semacam ini. Bagus jika dia memang berpegang dengan dalil agama. Sekali lagi. Bagus. Jika konsisten.
Tetapi perlu dicatat, agama sendiri memang juga ada waktu tertentu yang ber-barokah (ziyadah al-khoir). Bulan barokah. Hari barokah. Tanggal barokah.
Misalnya bulan Rojab (Rejeb) : bulan menanam (Bulan-nya Alloh dikenal dengan bulan istighfar), Sya’ban (Ruwah) : bulan menyiram (Bulan Kanjeng Nabi yaitu untuk sholawat dalil-nya karena ayat perintah sholawat turun pada bulan ini), dan Romadhon (Poso) : bulan panen (bulan umat Islam untuk ibadah).
Allohumma bariklana fii Rojab wa Sya’ban wa balighna Romadhon.
Lanjut Bulan Syawal (Sawal) : bulan hari raya. Kita setelah ditempa dengan puasa 1 bulan penuh, maka seperti baru lahir lagi alias suci (fitri) – Idul Fitri. Disempurnakan dengan puasa 6 hari di bulan Syawal.
Lanjut bulan Haji (Dzulhijjah). Ada hari Tarwiyah dan hari Arofah.
Atau bulan Muharrom (Suro). Momentum hijrah. Biasanya bagi orang tertentu tanggal 1 Muharrom atau 1 Suro dijadikan malam renungan. Introspeksi diri. Muhasabah diri. Dengan berkomitmen dan berniat agar hari-harinya menjadi lebih baik.
Tanggal 10 Muharrom dikenal dengan hari Asyuro. Hari yang spesial. Banyak kisah-kisah istimewa zaman Nabi dahulu di tanggal ini. Contoh: selamatnya Nabi Yunus as dari perut ikan.
Tanggal ini pula dijadikan sebagai momen keprihatinan. Yaitu berawal dari kisah terbunuhnya cucu Nabi (Sayyidina Husain Ra). Maka umat Islam biasa memperingatinya dengan santunan kepada anak yatim.
Pun begitu dengan orang Jawa. Tabu untuk mengadakan pesta hajatan dan pesta perkawinan, bangun dan pindah rumah. Tapi orang-orang sering mengaitkannya dengan kisah Nyi Roro Kidul, Sang Penguasa Laut Selatan. Padahal itu tadi bulan Suro adalah bulan keprihatinan. Ini sih aku dengar dari ceramahnya Gus Muwafiq.
Itu diantara bulan dan tanggal yang diistimewakan oleh umat Islam.
Kalau hari, iya hari terbaik dalam seminggu adalah hari Jum’ah. Hari khusus beribadah. Bahkan di pondok salaf, mengenal Jum’ah muda (awal) yaitu hari Kamis sore. Liburan sekolah ngaji, khusus persiapan Kamis malam Jum’ah untuk beribadah, bersholawat. Bahkan di hari Jum’ah-nya ada anjuran khusus untuk bersholawat dan membaca surah al-Kahfi. Atau hari Senin, hari kelahiran Nabi. Hari Kamis, yang dengan hari Senin sebagai hari dilaporkan-nya amal. Makanya Nabi berpuasa Sunah Senin Kamis.
Ada lagi hari Selasa, hari-nya para ahli ilmu. Kisah wafatnya Mbah Yai Maimun Zubair, yang berharap meninggal di hari selasa sebagai ciri wafatnya ahli ilmu.
Kalau di kitab Ta’lim itu disebutkan hari untuk memulai belajar adalah hari Rabu. Tentunya dulu sang mualif (pengarang) punya alasan sendiri sehingga “berani” menulis demikian.
Pun begitu dengan agama lain, agama Yahudi mengenal hari Sabtu sebagai hari istimewa.
Agama Nasrani khususnya di negara kita mengenal hari Minggu untuk beribadah ke gereja. Atau hari Jum’at untuk melaksanakan misa atau “pengajian”.
Jadi kalau orang Jawa mengenal weton tidak ada salahnya. Pun jangan langsung dilecehkan. Belajar bijak. Belajar arif. Mengenal kearifan lokal. Jika tidak sesuai dengan syariat : pelajari dulu, siapa tau kita yang belum paham. Kalau mau merubah ke arah lebih baik : bertahap.
***
Hari ini : setelah mengajar di kelas 4 dan kelas 1. Sekira jam 11, aku ada janji dengan Ketua KKG PAI. Aku mengajak pula tim-ku untuk sowan ke beliau.
Pak Mujib adalah ketua KKG. Orangnya santai. Kalau berbicara di telepon secukupnya.
Timku ada 5 orang. 6 plus aku sendiri. Tim membuat perangkat pembelajaran. 2 orang baru (aku dan temanku) dan 4 orang lama (anggota lokal). Sengaja aku dulu meminta tambahan personil seperti ini. Tentu saja untuk adaptasi dan untuk mengenal anggota baru. Menghilangkan kecemburuan toh walaupun mungkin masih ada.
Setelah mundur hampir 2 bulan, hari ini akhirnya sampailah ketahap penentuan harga. Tujuan pertemuan kali ini selain menentukan harga adalah untuk meminjam dana talangan untuk modal ke percetakan.
Aku mewanti wanti agar pertemuan hari ini sudah final. File sudah jadi. Agar tidak ada pertemuan pertemuan yang tidak sempurna. Alasannya : tanggal 8 Maret ketika pertemuan KKG, paket harus sudah jadi. Siap edar.
Alasan lainnya : agar tidak semakin merepotkan (bagi yang menjadi tuan rumah).
Yang jelas deadline : perangkat belajar harus segera di bagi. Ini sudah mundur. Seharusnya perangkat itu dipegang mulai awal semester. Bukan ditengah semester.
Teknisnya : dari 6 orang, masing masing mengerjakan per kelas. Membuat file master.
Kemudian : meminta data guru dan siswa (bagi yang pesan) dan ini tidak memaksa harus pesan. KKG hanya menganjurkan dan sudah melewati tahap persetujuan K3S.
Kemudian : file master diedit, disesuaikan dengan pemesan.
Dari sini selesai.
Kemudian sebagai acuan harga : maka dibuatlah 1 paket dulu. Dalam hal ini, paketku diberangkatkan ke percetakan. Diketahui biaya cetak.
Setelah diketahui biaya cetak maka ditentukan harga. Dengan pertimbangan biaya operasional, biaya jasa, amplop terima kasih (walaupun dalam hal ini tidak wajib), daya tarik konsumen, persaingan harga. Dan melalui musyawarah tentu tetep lebih baik.
Aku sengaja tidak mau tau sebenarnya kalau urusan uang. Maka aku minta teman teman menentukan.
Pemesan sebanyak 24 paket. Awal mula yang bagus dan tentu saja akan sangat melelahkan. Namun ini tanggung jawab dan resiko. OK..
Dana talangan pinjam Ketua KKG. Deal.
Maka kuputuskan : “Jadi tidak jadi, seadanya, tolong, hari ini harus segera ke percetakan, mengingat waktu 1 minggu”.
“Tolong yang belum, file segera diselesaikan dan nanti menyusul cetak. Tolong segera.”
Singkatnya : aku ijin ke kamar mandi. Kemudian segera wudhu.
Sekali lagi : harga mulai ditentukan. Semua sungkan. Maka terpaksa aku juga harus mengawali. Ku tanya masing-masing timku. Maka aku ambil rata rata. Disaksikan dan dipertimbangkan pula oleh Ketua KKG. Singkatnya terjadilah kesepakatan harga. Diketahui ketua KKG. Beliau pamit, mengingat mau berjamaah dengan isterinya di rumah. Salah satu teman juga pamit.
Semua wudhu.
Tidak ada yang mau meng-imami. Aku juga sungkan. Maklum tidak pakai songkok. Namun, sekali lagi. Demi kelancaran dan kecepatan, aku imami sholat Dhuhur di mushola yang belum lama baru diresmikan.
Di tengah tengah rangkaian sholat dan wiridnya, terdengar suara piring, dan bungkusan plastik.
“Ini pasti konsumsi”, pikirku dalam hati.
Maklum aku bukan tipe orang yang sholat-nya tidak mendengar sesuatu (selain bacaan sholat). Alias bukan tipe orang yang sholatnya khusyu’.
Selesai berdoa, meskipun aku agak belakangan selesainya. Terdengar : “Monggo monggo di dahar, ngapunten, sak entene njeh”.
“Bakso jumbo + lontong.. cocok ni”, ku utarakan apa yang terlintas di pikiranku dihadapan teman-teman.
Hahaha..
***
Sesampai di rumah, aku baru ingat sesuatu.. Pengumuman untuk kelas 6 (yang belum tau)!!!
“ANAK ANAK BESOK REJEBAN PERINGATAN ISRA MIRAJ.. MASUK BERBUSANA MUSLIM.. BAWA NASI (BERKAT)”.
“PROKES”.
Malamnya aku menghadiri hajatan sepupu dari istri : Menu Bakso ku pilih. Habis 2 mangkok malahan. Maklum baksonya istimewa. Minjam istilah Bikin Laper : endol surendol takendol kendol. Nguenah..
Oh hari pertamaku penuh dengan BAKSO dan begadang menemani si kecil hingga lewat tengah malam seperti hari sebelumnya.
Komentar
Posting Komentar