KH. Yunus Utsman : Pendekar Dakwah

 KH Yunus Utsman


Peninggalan beliau yang cukup fenomenal adalah Masjid Segaran. Sebuah masjid yang berdiri di wilayah non muslim. Hampir 100 % penduduknya  memeluk agama Kristen. 

Menurut cerita rekan seperjuangan beliau, bahwa berdirinya masjid ini penuh liku liku. 

Kementerian Agama Pusat memberikan bantuan dana sekitar Rp. 38,5 juta untuk diwujudkan sebuah Musholla atau Masjid. Jangankan bangunannya untuk membeli tanahnya saja tidak cukup. Ketika itu ada tanah di pinggiran Desa Segaran dijual sekian meter persegi. Maka dibelilah oleh Bapak Yunus dengan uang hasil bantuan. Ketika mengetahui bahwa tanah tersebut akan dibangun tempat ibadah umat muslim, maka pemilik tanah berniat merubah rencana. Rencananya dalam rangka menggagalkan pendirian tempat ibadah tersebut. Gimana caranya? Mau dibatalkan ndak mungkin. Akhirnya pemilik hanya mau menjual jika tanah miliknya dibeli keseluruhan, yaitu seluas 125 ru. Dan uang pembayaran nya hanya dalam tempo yang singkat. Otomatis bingung lah pembeli. Akhirnya minta bantuan kepada IPHI Wates Ngancar, yang kala itu bahkan sampai sekarang diketuai Bapak Haji Mahmudi. Dengan dana talangan dari para Haji, terkumpulah dana untuk membeli seluruh tanah tadi. 

Apakah cukup sampai disitu?? 

Belum.

Ketika tembok bangunan sudah berdiri sekitar 1 meter, tukang bangunan didatangi oleh para pemuda desa. Dan diancam. "Jika bangunan ini tetap dilanjutkan, maka akan dirobohkan", begitu kira kira. 

Alasannya karena bangunan belum ada IMB-nya. 

Singkat cerita, tukang bangunan pun menceritakan apa yang terjadi kepada Bapak Mahmudi. Dan dengan serta merta pula, Bapak Haji Mahmudi menjawab, " Seandainya bangunan itu sampai dirobohkan, maka Desa Segaran akan memet (hancur/porak poranda)".

Sekitar jam 5 sore, tukang bangunan datang ke Pak Mahmudi, seketika jam 7 malam Bapak Kepala Desa Segaran giliran yang datang. 

Pak Kades mengkonfirmasi pernyataan Pak Mahmudi tadi. Apa benar perkataan beliau tadi. Dengan serta merta pula, Pak Mahmudi membenarkan. Padahal Bapak Haji Mahmudi ini orangnya sangat toleran. Tidak suka kekerasan. Dakwah nya juga santai, bahkan beliau juga dakwah di lokalisasi.

Maka dengan kewibawaan, Bapak Kades bahwa beliau menjamin keamanan pendirian bangunan tersebut. Dan IMB-nya pun ternyata sudah dibawa Bapak Kades. Keesokan harinya, Bapak Kades mengajak Bapak Mahmudi untuk mendampingi tukang bangunan. Itulah awal mulai kisah toleransi dimulai. 

Akhirnya sampai saat ini, kisah toleransi ini masih berlanjut. Ketika Bulan Ramadhan, pihak non muslim kadang kala memberi tajil untuk tadarus. Pihak muslim pun menyadari jangan sampai suara toa menganggu non muslim. Ketika Hari Raya Kurban pun daging korban diusahakan juga dibagikan ke warga sekitar masjid yang non muslim. 

Itulah kisah yang diceritakan oleh Bapak Mahmudi dalam sambutan di Pondok Pelajar Al-Husna dalam rangka peringatan Haul ke 4 Bapak Yunus dan Haul ke 11 istri beliau ibu Hj. Roihatul Jannah. 

Pondok Pelajar ini juga merupakan warisan beliau. Yang sekarang diwarisi oleh putra putra beliau. Salah satunya Gus Tata (Kaur Kesra Desa Wates). 

Satu lagi perjuangan beliau yang saya sendiri ikut mengawal. Yaitu alih status dari Musholla An-Nur menjadi Masjid An-Nur. Saya ingat betul ketika rapat, meskipun ketika itu saya yang paling kecil. Bapak Yunus menyampaikan bahwa sudah saatnya di kampung saya ada Masjid. Alasannya daripada ke wilayah kampung sebelah kalau sholat Jum'at. Harapan lain  dengan berdirinya Masjid, umat yang tidak ikut sholat karena jauh, bisa sholat di kampung sendiri. Saya ingat betul. Hindari dalil 40 jamaah. 

Selain itu, perjuangan beliau adalah melatih, mengkader pemuda untuk berdakwah. Ada yang diajari MC, sambutan, khotbah, muadzin, bilal dsb. 

Sebenarnya Bapak Yunus Utsman sudah berpangkat Kyai Haji berikut Bapak Mahmudi. Tapi lebih mudah dan terbiasa dipanggil Bapak. Kisah lainnya masih menunggu. Ku tunggu sambil makan. 


Ditulis setelah menghadiri Haul dan Majlis Rumat, 14 Januari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Sholat Musafir

Era Digital dan Ke-Wali-an

Sekelumit (Sejarah) Al Khidmah di Kec. Wates (Skripsi 2015)