Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2022

Al Busyro 1

Gambar
صَــــــلىّٰ اللهُ عَلىٰ مُحَمَّــــــــــدٍ Buku lama yang baru bagiku. Sudah lama ku cari, baru kemarin ku dapatkan. Lama banget ku idamkan, Selasa 30 Agustus 2022 baru bisa ku pegang. Sebuah karya dari Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki. Buku dengan judul Al Busyro tentang Kisah Hidup Ibunda Khodijah Al Kubro. Ku incar lama sekali di berbagai toko buku, baik lapak offline maupun online. Belum pernah dapat yang cocok. Sekarang, ku sentuh dengan takdzim, versi yang sesuai harapan. Versi asli plus terjemahan. Resmi pula. Diterjemahkan, diterbitkan, bahkan disahkan oleh mereka yang mempunyai hubungan sangat dekat dengan Sang Pengarang.  Kalau pengen beli, seluncur saja di lapak online.  Oh iya.. Aku sengaja, per tulisan ini, ku bedakan antara sebutan "kitab" dan "buku". Walaupun secara makna sama, tapi untuk mengidentifikasi saja. Kitab untuk " karya " berbahasa Arab. Buku untuk " karya " berbahasa Indonesia. Dan ini aslinya Kitab tapi ...

Burdah Muhammadiyyah

Gambar
مولا ي صل وسلم دائما ابدا على حبيبك خير الخلق كلهم Karangan Imam al-Bushiri selain Qashidah "Burdah", adalah "Qoshidah Muhammadiyyah". Aku lebih mengenal dengan Burdah Muhammadiyyah. Alasanku : pengarangnya sama, akhir baitnya juga sama yaitu huruf mim berharokat kasroh. Selain itu, pertama kali mendengar bait-bait Qashidah Muhammadiyah ini, di lagukan dengan cengkok Burdah yang sudah terkenal itu. Makanya aku menyebut Burdah juga. Nama asli Imam a l Bushiri adalah Muhammad bin Sa’id bin Himad bin Abdullah ash-Shanhaji al Bushiri. Beliau adalah murid seorang ulama sekaligus sufi agung : Abul Abbas al Mursi. Sebagaimana tradisi seorang ulama sufi, kecintaan dan kerinduan kepada Nabi Saw adalah jalan menuju kecintaan kepada Alloh. Qoshidah Muhammadiyah berjumlah 14 bait, akan tetapi menurut salah satu sumber yang aku baca bahwa Mbah Maimoen Zubair menambahi lagi 14 bait, sehingga menjadi 28 bait. Setelah selesai menambah baitnya, Mbah Maimoen Zubair menziarahi m...

Bahtsul Masail : Wates

Gambar
  “Mas ada chat dari Pak Modin”, kata istriku. “Apa pesannya?, bacakan” “ Assalamualaikum, Gus, sesok iso melu iki gak?, lek iso bareng Pak Kholik , ini ada fotonya, Mas” “Balas” “Balasi apa?” “OK gampang” Fotonya ternyata adalah undangan menghadiri majlis taklim MWC NU Wates, bertempat di Masjid al Hikmah Dusun Nepen Desa Plaosan, Wates. Begitu kira kira awal mula ceritanya. Pak Modin ini adalah Kepala Urusan Desa Tawang. Wakhid Hasyim namanya. Teman seangkatanku di SMP 1 Wates. Menikah dengan temanku SD. Juga seangkatanku. Sejak muda aktif di IPNU. Lanjut Ansor. Masih ada perkumpulannya juga, Takhtimul Qur’an an-Nahdiyah. Karirnya cukup melejit, bagiku. Maklum aku masih kuliah, dia sudah jadi Modin. Periode ini menjadi Ketua Tanfidziyah NU Ranting Tawang. Menggantikan Bapak Kusaini, tetangganya. Sedang Bapak Kholik adalah Pejabat Kemenag sekaligus Rois Syuriah NU Ranting Tawang. Tetanggaku, rumahnya utaraku, jarak 1 rumah. Juga baru periode kali ini masuk jajaran ...

Pengikut Salaf??

Gambar
Tulisan ini adalah copas dari status seorang tokoh NU di akun FB nya. Saya blog. Kemudian saya salin. Bingung mencari tempat untuk menyalin, akhirnya saya salin di grup WA pribadi. Isinya nomer pribadi dan nomer nganggur.  Sengaja saya save. Bagus tulisannya. Apalagi untuk kaum milenial. Yang ndak sempat ngaji. Sewaktu-waktu perlu, saya baca.  Takut terhapus dari WA. Langsung saya ada ide, salin di blog. Biar lebih besar kemanfaatan nya. Apalagi Beliau yang punya status sudah memberikan izin untuk mengcopas SEPUASNYA.  OK.. Gayung bersambut..  Apa sih yang di copas???  Silahkan disimak : ### Pengikut Salaf Yang Mana? Ulama Salaf, ulama yang hidup di masa Sahabat, Tabiin dan Tabiit Tabiin. Tentu banyak jumlahnya. Padahal dari masing-masing mereka mengalami perbedaan dalam tata cara ibadah. Berikut beberapa klaim suatu kelompok yang mengaku "Mengikuti Qur'an dan Sunnah sesuai pemahaman Salaf", tapi nyatanya tidak sesuai. 1. Tawassul Imam Ahmad salah satu ulama Sal...

Bulan Santunan

Gambar
Bulan Suro.. Bulan pertama dalam penanggalan Jawa. Suro - Sapar - Mulud – BakdoMulud – Madilawal – Madilakir – Rejeb – Ruwah – Poso – Sawal – Selo – Besar. Itulah nama nama bulan dalam kalender Jawa. Bulan ini identik dengan Ruwatan, Bersih Desa / Dusun, Larungan, Ngumbah Gaman, Slametan, bahkan malam pergantian tahunnya pasti ada renungan – melek - an . Ini kalau memakai adat Jawa. Ada lagi, bulan tanpa ada hajatan (pernikahan, khitanan, pindah rumah) atau bulan tanpa ada kegiatan besar yang sifatnya kegembiraan. Bahkan ini yang paling kondiang di antara sekian pantangan : Pantangan bagi orang Jawa – asli dan kuno – menikah di Bulan Suro. Kleniknya : berbarengan dengan Nyi Roro Kidul ngunduh mantu. Takutnya : mantennya bisa kena “molo”, kalap, atau musibah. Itu lah kepercayaan orang Jawa yang masih memegang “mitos” ini. Seiring dengan perkembangan dunia teknologi informasi, lambat laun mulai terkuak misteri “mitos” ini. Era mudahnya penyebaran informasi dibarengi dengan sumber infor...