Sekelumit (Sejarah) Al Khidmah di Kec. Wates (Skripsi 2015)








1.      Jama'ah Al-Khidmah
Jama'ah Al-Khidmah adalah suatu perkumpulan atau komunitas yang terdiri dari Jama'ah Thariqah khususnya Jama'ah Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Al-Utsmaniyyah, dan Jama'ah Umum yaitu di luar Thariqah (tidak ikut berbaiat). Tokoh berdirinya Jama'ah Al-Khidmah adalah Syaikh Achmad Asrori Al-Ishaqy bin Syaikh Muhammad Ustman Al-Ishaqy. Beliau adalah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Fithrah, Kedinding, Surabaya sekaligus mursyid dari Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Al-Utsmaniyyah. Tambahan Al-Utsmaniyyah adalah karena baiat kemursyidan beliau dapat dari Syaikh Muhammad Utsman Al-Ishaqy, guru sekaligus ayahandanya. Silsilah kemursyidan beliau bersambung hingga Nabi Muhammad SAW,[1] hal ini penting disampaikan karena silsilah guru yang sanadnya bersambung merupakan syarat kesempurnaan bagi Thariqah.
Harapan Sang Pendiri kelak Jama'ah Al-Khidmah diharapkan akan menjadi “oase” dunia, menjadi penyejuk dalam keadaan yang panas, pemberi ketenangan dan kedamaian bagi kehidupan dunia dengan berakhak yang mulia.[2] Jama'ah ini ditegaskan bukan cikal bakal organisasi politik atau pendukung salah satu partai politik.[3] Jama'ah Al-Khidmah adalah murni organisasi keagamaan yang bertujuan mengamalkan apa yang telah diwariskan oleh orang-orang sholeh terdahulu (salafuna ash-sholih), yaitu untuk menciptakan Islam sebagai agama yang rahmatal lil ‘alamin.
2.      Sejarah Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Wates
Sekitar tahun 2005, atas restu dari Syaikh Achmad Asrori Al-Ishaqy ada alumni Pondok Pesantren Al-Fithrah yang boyong kembali ke Wates, yaitu Muchlis Nur Kholiq. Setelah sekitar 11 tahun berada di pondok, dengan ilmu dan pengalaman lahir bathin bersama Sang Guru, tekad berkhidmah (mengabdi) kepada agama khususnya kepada Sang Guru sangat kuat dan penuh dengan rasa kesungguhan. Sepulangnya dari pondok, di rumah dia mengajar beberapa pemuda untuk berlatih rebana[4], di antaranya penulis sendiri. Ketika itu juga ada alumni dari Pondok Pesantren Raudhatul Hasanain, Pelem, Mojo, santri dari Habib Musthofa bin Muhammad Ba’abud, yang turut membantu berlatih rebana, yang bernama Wahyudi.
Singkat cerita, setelah sedikit memahami tentang rebana, akhirnya dimulailah perjalananan grup rebana banjari, dan diadakan rutinan istighosah dan maulid di Dusun Semanding, Desa Tawang. Ketika itu, yang turut membantu mengumpulkan masa pemuda adalah Tio dan Pak Sodin[5], dua tokoh pemuda yang sangat berpengaruh. Sedangkan rutinan manaqib dan maulid seperti yang berlangsung sekarang ini diadakan pertama kali tanggal 14 Desember 2006 di rumah Ustadz Ahmadi.[6] Acara diikuti oleh gabungan antara Jama'ah Wates dan Jama'ah Madura yang bermukim di Kota Kediri, tepatnya di Bandar Kidul, kurang lebih sekitar 30 orang.
Kegiatan manaqib semakin berjalan, hingga tim rebana dari Wates yang ketika itu terdiri para remaja usia sekolah menengah, juga ikut berperan dalam setiap acara yang dilakukan oleh Jama'ah Kecamatan Mojo. Hingga akhirnya Kecamatan Mojo mempunyai tim sendiri. Beberapa tahun berselang, Jama'ah semakin banyak, para pemuda dan remaja serta teman yang menjadi motor penggerak dan pendukung semakin bertambah, maka di Desa Tawang diadakan acara manaqib kubro yang ketika itu dihadiri sekitar 700 orang. Acara ini terbilang besar, sehingga membutuhkan sebuah tim panitia pelaksana, mulailah muncul nama-nama yang turut membantu suksesnya acara ini. Kemudian dibuatlah sebuah struktur kepanitiaan[7] yang tujuannya adalah mensukseskan setiap acara manaqib. Sekitar tahun 2010, diadakan sebuah diskusi antara Ustadz Kholiq, Bapak Sodin dan penulis sendiri yang membahas kegiatan manaqib. Muncullah sebuah wacana agar rutinan manaqib diadakan rutin setiap bulan, dengan lokasi berpindah antar masjid di Kecamatan Wates. Kesepakatan pun diambil, kemudian dideklarasikan secara simbolis berdirinya Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Wates, yaitu sebagai wadah yang menaungi segala kegiatan Jama'ah Al-Khidmah di Kecamatan Wates.
Sekarang Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Wates telah semakin berkembang pesat. Kegiatan rutin setiap bulan dihadiri minimal 200 orang, dan seperti awal mula Al-Khidmah Kecamatan Wates, Jama'ah yang hadir dan menjadi tim kunci suksesnya acara didominasi oleh para remaja. Bahkan sekitar 3 tahun yang lalu, muncul Jama'ah Al-Khidmah Wates Utara, yang berbasis di Dusun Jambu (dikomando oleh Saudara Mahu[8]) dan Desa Plaosan (dikomando oleh Saudara Rofiq[9] dan Aziz[10]), yang didominasi oleh anak-anak usia remaja. Inilah sekilas tentang sejarah singkat Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Wates.[11]     
3.      Struktur Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Wates
Hingga sekarang kepengurusan Jama'ah Al-Khidmah di Kecamatan Wates masih pada periode pertama, yang ketika pemilihan dipilih melalui musyawarah sederhana. Berikut adalah struktur organisasi Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Wates:
Penasehat            :
1.      Kyai Yasir, Jambu
2.      Kyai M. Ridho, Silir
3.      Ustadz Muchlis Nur Kholiq, Semanding
Ketua                   :
M. Sodin, Semanding
Wakil Ketua         :
Ma’ruf Mashuri, Jambu
Sekretaris             :
Ahmad Malik, Gadungan
Bendahara            :
Priyo Susilo Utomo, Semanding
Bidang Kegiatan   :
1.      Zainur Rofiq, Plaosan
2.      Aziz, Plaosan
3.      Saeroji, Semanding
4.      Ibu Lilik, Semanding
5.      Arman, Gadungan
4.      Visi Misi Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Wates
Dalam memaparkan visi dan misi Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Wates, penulis perlu menyajikan simbol atau lambang dari Al-Khidmah.
Gambar 4.1 Simbol Al-Khidmah
Lambang Al-Khidmah terdiri dari gambar:
a.       Pena, alat untuk menulis, sebagai lambang mencari ilmu.
b.      Arah pena yang menunjuk kearah bawah, melambangkan: menuntut ilmu dan menambah ilmu semenjak lahir hingga kembali ke liang lahat.
c.       Kitab, 4 buah, melambangkan: berlandaskan atas dasar: Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, dan Qiyas.
d.      Bintang, 3 buah, melambangkan: memantapkan dan menyempurnakan: Islam, Iman, dan Ikhsan.
e.       Tasbih, melambangkan: mengikuti ketetapan dan ‘amaliyyah Ulama Salafuna Ash Sholihun.
f.       Pentolan tasbih yang mengarah ke dalam lingkaran, melambangkan: kesungguhan dan keikhlasan dalam mengabdi dan berkhidmah kepada Allah SWT.
g.      Pentolan tasbih yang panjang berada di bawah, mengarah ke atas, melambangkan: berkepribadian dan berperilaku rendah hati, mawas diri dan toleransi serta arif bijaksana demi meraih rahmat dan ridho serta keutamaan dan kemuliaan di sisi Allah SWT.[12]
Jadi dari arti simbol di atas visi dari Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Wates adalah mewujudkan generasi yang sholeh dan sholihah, sejahtera lahir bathin, untuk keadilan, kedamaian, kesejahteraan, dan kemakmuran Bangsa dan Negara dalam naungan Syari’at Allah SWT dan sunnah Rasulullah SAW serta akhlaqul karimah as-Salafuna ash-Sholeh. Sedangkan misinya adalah mengabdi kepada agama dengan menegakkan syiar agama yang penuh dengan kesantunan, mengajak generasi muda untuk bersama-sama dalam berdzikir dan beramal sholih serta menuntut ilmu yang berguna bagi kehidupannya dan agamanya.  
 
SEMOGA BERMANFAAT.. MOHON KOREKSINYA......


[1] Lihat di kutipan kitab Muntakhobat karya Syaikh Achmad Asrori Al-Ishaqy.  Diterjemahkan oleh M. Musyafa’ dan M. Mustaqim  dengan judul Setetes Embun Penyejuk Hati.  (Surabaya: Al-Wafa, 2009) h. 85.
[2] Kutipan ini telah masyhur dikalangan para pecinta beliau.
[3] Achmad Asrori Al-Ishaqy, Tuntunan dan Bimbingan, cet. VI (Semarang: Jama'ah Al-Khidmah, 2009). h. 31.
[4] Alat rebana ketika itu didapat dari sumbangan seorang teman dari Blitar.
[5] Kelak Pak Sodin menjadi ketua Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Wates untuk periode pertama.
[6] Tanggal ini didapat dari foto ketika acara berlangsung. Ustadz Ahmadi adalah orang Madura yang tinggal di Bandar Kidul, Kota Kediri, dan pernah menjadi santri di PonPes Al-Fithrah.
[7] Struktur kepanitiaan ini kelak menjadi acuan dalam stuktur organisasi Jama'ah Al-Khidmah Kecamatan Wates.
[8] Sekarang menjadi ketua Jama'ah Al-Khidmah Wates Utara.
[9] Ketua tim pembaca.
[10] Ketua tim rebana.
[11] Peneliti merupakan pelaku dalam sejarah ini, tambahan keterangan peneliti dapatkan dari diskusi dengan Ustadz Kholiq (Imam), Bapak Sodin (Ketua Al-Khidmah Wates), dan Zainur Rofiq (bidang kegiatan).
[12] Ishaqy, Tuntunan dan Bimbingan, cet. VI. h. 15-17.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Niat Sholat Musafir

Era Digital dan Ke-Wali-an